Thursday, 13 October 2016

Skripsi PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN Bab 1

  aulia       Thursday, 13 October 2016

BAB I
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (S. Nasution, 1994: 25). Kegiatan pengajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang baik akan tercapai apabila disertai dengan perencanaan pengajaran sebagai acuan dalam mengajar.

1
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penempatan atau pemilihan komponen yang kurang tepat.
Perencanaan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Oleh karna itu, seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran karena perencanaan tersebut adalah fungsi pedagogi yang penting untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran dan mungkin sekali untuk motivasi guru (wawan s. suherman, 2001:113). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan mengacu pada kurikulum. Dalam konteks pembelajaran, perencaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdul Majid, 2005:17).
Kunci keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan guru terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Meskipun guru bisa saja meminta siswa untuk mencatat di kelas, tetapi sebisanya kita dapat menghindarkan diri dari kebiasaan ini, apalagi kalau alasan utamanya karena ketidaksiapan dalam mengajar. Setidaknya guru membaca materi ajar sehari sebelum mengajar sebagai persiapan, meskipun materi tersebut sudah dihafal di luar kepala. Membaca ulang menyebabkan guru berpikir untuk mempersiapkan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi tersebut. Sebagai contoh, bila semester sebelumnya hanya mengajarkan konsep tentang dengan ceramah, maka ketika guru memiliki kesiapan akan muncul kreativitas dalam menvariasi cara mengajarnya.
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar (Oemar Hamalik, 9:2005). Kemampuan ini dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi seperti merencanakan rencana belajar atau RPP berupa pelaksanaan kegiatan atau    proses belajar mengajar dan strategis atau metode mengajar, kesiapan kepribadian yang meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental, kompetensi / kemampuan dasar, penguasaan guru seperti menguasai bahan belajar, kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, kemampuan melaksanakan proses pengajaran, kemampuan      mengukur hasil belajar siswa. Menggunakan atau pendekatan mengajar (seperti penggunaan alat peraga dan modul praktik) atau cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efesien.
Sehubungan dengan hal tersebut, sudjana (2001:17) menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu:
1) Guru harus mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. 2) Guru harus mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3) Guru harus mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan 4) Guru harus mempunyai keterampilan teknik mengajar.


Hal yang utama mengenai ketidaksiapan guru adalah guru yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan, hal ini merupakan prediktor kekurangan mampuan guru melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar sebelum mengajar, seorang guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelancaran pembelajaran yang akan dilaksanakan. Namun sebelum mempersiapkan, banyak hal yang harus diketahui guru agar persiapan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi, baik yang menyangkut kondisi siswa, sarana prasarana sekolah, keadaan kelas, lingkungan sekolah, dan lain-lain.
Pelaksanaan perencanaan program terlihat sulit, namun apabila guru mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapai maka pola kerjanya akan menjadi terarah sehingga perencanaan program akan terlaksana dengan mudah. Guru sebaiknya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap satu semester. Penyusunan RPP secara menyeluruh untuk satu semester akan dapat menjamin kesinambungan tujuan, materi pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian. Apabila setiap bidang studi telah memiliki RPP menyeluruh untuk setiap semester, maka akan lebih mudah menilai keberhasilan kurikulum. Perencanaan suatu pertanggung jawaban guru terhadap profesi yang disandangnya. Perencanaan merupakan kompetensi yang penting yang harus dimiliki oleh guru, meski perencanaan tidak menjamin keefektifan proses pembelajaran. Walaupun demikian, dengan perencanaan yang baik, guru akan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang direncanakan dengan seksama diharapkan akan berlangsung secara efektif dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Permasalahan tersebut dapat menghambat pelaksanaan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk menguasai dan membuat perencanaan pembelajaran yang akan diajarkan untuk dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Sehingga, kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadankan penelitian tentang. ”Persepsi Siswa Terhadap Kesiapan Guru Dalam Proses Pembelajaran Studi Pada SMP Negeri 18 Banda Aceh.” 
     
1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah di atas sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana persepsi siswa terhadap kesiapan guru di dalam proses   pembelajaran?
1.2.3 Kendala-kendala apa saja yang di hadapi guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran?

1.3. Tujuan Penelitian
Maka dapat penelitian ini berdasarkan rumusan di identifikasi ialah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kesiapan guru dalam proses pembelajaran
1.3.2 Untuk mengetahui Kendala-kendala apa saja yang di hadapi guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagi peneliti sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang pelaksanaan pembelajaran
1.4.2 Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti lainnya yang ingin mengembangkan  lebih lanjut penelitian sejenis.
1.4.3 Penelitian ini bermanfaat untuk  guru dan peserta didik terutama dalam rangka meningkatkan  dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam pelaksanaan pembelajaran.
    
1.5. Definisi Istilah
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini terkait permasalahan yang di paparkan dalam latar belakang masalah maka yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah persepsi siswa`terhadap kesiapan guru dalam proses pembelajaran (studi  pada SMP Negeri 18 Banda Aceh)
1.5.2 Defenisi Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dalam penelitian yang dimaksud maka perlu di berikan batasan definisi istilah yang di maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Pertama, Persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang di landasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan demikian, dapat di katakana juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu (Rahmad, 2003:16).
Kedua, kesiapan guru adalah kesiapan dari seorang guru bahwa suatu kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2001:54).
Ketiga, Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses membelajarkan seseorang yaitu siswa atau peserta didik yang direncanakan, dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran (komalasari, 2010:3).


BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang di landasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian, dapat di katakana juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu (Rahmad, 2003:16).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut (C. Leavitt, 1978: 117), dikutip dalam buku Desmita, perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Pengertian persepsi menurut (Henry Clay Lindgren, 1981), bahwa (“Perceptionis viewed as the medical as the mediating processes that are initiated bysensations”).
Sedangkan menurut (Clifford T. Morgan , 1971), bahwa (“Perception is theprocess of discriminating among stimuli and of interpreting their meaning”).
(persepsi adalah proses membedakan antara banyak rangsangan dan proses menerjemahkan maksud-maksud rangsangan tersebut).

8

Menurut (Slameto, 2003), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi merupakan hasil pengamatan seseorang terhadap sesuatu hal yang ada di lingkungan sekitar melalui panca indera. Persepsi diperoleh dengan cara meringkas informasi dari seseorang dan menafsirkan informasi tersebut, sehingga seseorang itu dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya informasi tersebut. Jadi persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan antara seseorang dengan lingkungannya melalui pancaindera. Setelah seseorang menginderakan objek di lingkungannya, maka kemudian memproses hasil penginderaan itu, sehingga timbulah makna tentang objek itu. Dalam penelitian ini yang ingin peneliti ketahui yaitu tentang persepsi siswa terhadap kesiapan guru dalam pembelajaran.

2.1.1. Prinsip Dasar tentang Persepsi
(Slameto, 2003), mengemukakan bahwa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan menjadi komunikator yang efektif, persepsi itu relatif bukannya absolute. Seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya. Persepsi itu selektif seorang guru dalam memberikan pelajaran harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat pada satu bagian yang tidak penting ini.
Persepsi itu mempunyai tatanan bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang lebih baik. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan). Guru dalam memberi pelajaran dapat menyiapkan siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urut-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut. Misalnya jika pada hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai maka dipastikan bahwa hari berikutnya siswa akan memulai pelajaran dengan berdoa.
Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru prinsip ini berarti bahwa agar dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan metode yang berbeda.
 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi itu bersifat relatif, selektif, dan teratur. Semakin baik persepsi tentang sesuatu maka semakin mudah siswa belajar mengingat sesuatu tersebut. Dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena dapat memberikan pengertian yang salah pula pada siswa tentang apa yang dipelajari serta dalam pembelajaran juga perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga siswa memperoleh persepsi yang lebih akurat.

2.1.2  Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut (Bimo Walgito,1993), Objek yang dipersepsi adalah  objek yang  menimbulkan stimulus yang akan mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak.
Otak merupakan pusat kesadaran yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan syaraf motoris. Perhatian untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, karena perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.
Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera, syaraf, serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis.
     Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi beberapa faktor seperti ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang . Faktor  pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
            Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal dan faktor ekternal yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup fisiologis seperti Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda kemudian perhatian, Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek.
            Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek,  persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.             Persepsi dapat di kaitkan dengan Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
            Faktor eksternal latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

2.1.4.  Sebab- Sebab yang Mempengaruhi Perbedaan Persepsi
Pada dasarnya setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan persepsi tersebut dapat disebabkan oleh perhatian biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi hanya memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua objek saja.
(Ahmad Fauzi 2004). Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka, kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang sifatnya menetap pada diri seseorang itu mempengaruhi persepsi orang tersebut. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat berpengaruh terhadap persepsi seseorang, dilihat dari ciri keperibadian juga akan mempegaruhi persepsi.
Dari beberapa sebab  yang mempengaruhi perbedaan persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa rangsangan yang diterima dari lingkungan pada setiap diri seseorang itu berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan itulah yang menyebabkan perbedaan persepsi.

2.1.5.  Proses Terjadinya Persepsi
          Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan prantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-rangasangan (stimulus-respons SR).
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan, prasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan  bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
            Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan. Sudah tentu, ada pula cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun rumus S-R dikemukakan di sini karena telah diterima secara luas oleh para psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya mudah dipahami dan digunakan oleh ilmu sosial lainnya (Hennessy, 1981:117).
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang, dalam proses persepsi seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
Interprestasi suatu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang kompleks menjadi sarjana. Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam (Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-rangsangan yang sampai kepada kita, sehingga tidak kita terima  secara kacau. Perhatian dipengaruhi aleh beberapa faktor yang dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati itu sendiri, intensitas atau ukuran, kontras atau pengulangan, dan gerakan sedangkan faktor dalam adalah adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu pengamat, yaitu motif, kesediaan, dan harapan (Dirgagunasra, 1996: 107).
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langka yang terlibat dalam prosesnya. Tahap-tahap ini tidaklah saling terpisa benar dalam kenyatannya, ketiganya bersifat countinu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain. Terjadinya stimulasi alat indara (sensory stimulation). Pada tahap pertama. Alat-alat indra distimulasi (dirangsang) kita mendegarkan alat musik. Kita melihat seorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat mencicipi sepotong kue. Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita berjabat tangan.
Stimulasi terhadap alat indra diatur pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indar diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang  sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximility) atau kemiripan orang atau pesan secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai suatu kesatuan (unity). Stimulasi alat indra ditafsirkan dievaluasi langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima. Penafsiran evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
2.2. Pengertian Kesiapan Guru
Untuk mencapai suatu pekerjaan, seseorang perlu memiliki kesiapan akan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksaan tugas tersebut, baik kesiapan fisik, kesiapan mental maupun kesiapan secara segi kognitif. Hal ini berlaku juga bagi seorang guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar harus selalu membekali diri dengan persiapan sebelum mengajar. Kesiapan dalam kamus psikologi diartikan suatu titik kematangan untuk menerima atau mempraktekan tingkah laku tertentu (Dali Gulo : 1983).
Suharsimi Arikunto (2001: 54), memberikan arti terhadap kesiapan dari seorang guru bahwa kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.
Menurut Nana Sudjana (1999) berpendapat bahwa ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar (merencanakan rencana belajar), kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar (alat peraga) dan tahap ketiga prinsip mengajar (persiapan mental). Mempersiapkan diri sebelum mengajar menurut tiga aspek tersebut akan membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan untuk menjelaskan bahan pelajaran. Potensi-potensi tersebut pada dasarnya sama dengan yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (1999). Persiapan yang baik sangat perlu untuk mendapatkan atau memperoleh hasil yang maksimal. Ketiga tahapan tersebut harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Satu tahap ditinggalkan, sebenarnya tidak dapat dikatakan proses pengajaran pada dasarnya konsep persiapan dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah konsep yang sangat baik, namun implementasi dalam proses persiapan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Perubahan zaman dan perubahan teknologi pendidikan menuntut perubahan pola pikir, sikap serta nilai-nilai dari setiap individu yang ikut di dalamnya.
 Pelaksanaan persiapan mengajar akan berhasil maka perubahan pola pikir, sikap dan guru-gurunya harus mengikuti perubahan yang ada. Berdasarkan pengertian kesiapan dan mengajar diatas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan dengan baik yang menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar dapat belajar dan kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan dengan demikian kesiapan guru pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan praktik mengajar. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar (Oemar Hamalik 2005).
Kemampuan ini dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajarmengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi.
Sebagai seorang guru, salah satu tugas utama adalah menyusun strategi pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Strategi adalah suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila kata strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran sebagai usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua tindakan guru apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran.
Persiapan membuat perencanaan tertulis yang berisi tujuan pembelajaran secara operasional materi, bentuk kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan, waktu, alat-alat pelajaran dan evaluasi. Metode belajar yang digunakan harus menggunakan cara tertentu yang tepat dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan tercapai. Metode yang sering digunakan adalah metode individu (Melakukan tugas eksperimen untuk siswa) dan metode klasikal   (Ceramah dan demontrasi ). Pemberian motivasi belajar pengadaan alat peraga dan perpustakan bertujuan untuk membantu siswa agar siswa mendapat gambaran yang konkrit, untuk menjelaskan materi pelajaran, untuk menarik perhatian siswa, menambah kegiatan belajar.
Persiapan mengajar pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi.
Dalam mengembangan persiapan mengajar, terlebih dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membentuk kompetensi peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan mengajar seperti kompetensi yang dirumuskan dalam persiapan mengajar harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut, Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya serta harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksakan secara tim (team teaching) atau moving class.
(Mulyasa, 2012), menyebutkan bahwa guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis,  karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar merupakan bentuk dari “profesional accoutability”.
2.2.1. Kesiapan Guru dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penempatan atau pemilihan komponen yang kurang tepat, oleh Das Salirawati, M.Si dalam workshop 2005.
        Kegiatan guru di sekolah maupun di luar sekolah sangat menuntut kesabaran, ketekunan, kelincahan dan juga keterampilan pengetahuan dan pengalaman. Salah satu tugas guru yang berhubungan erat dengan tugas pokoknya sebagai pengajar adalah membuat persiapan mengajar, yaitu segala sesuatu yang disediakan guru dalam hubungannya dengan kegiatan interaksi belajar mengajar, baik yang dapat diamati ataupun bersifat abstrak. Sering didapati guru mengajar tanpa persiapan mengajar yang matang. Hal ini tampak pada penampilannya di depan kelas pembicaraan guru berputar-putar, tidak jelas ujung pangkalnya.  Guru tampak gugup dan keterangan-keterangan guru sulit dipahami murid. Akibat ketidaksiapan itu kelas menjadi kacau, guru sering marah-marah dan tujuan pengajaran tidak dapat dicapai. Agar hal-hal seperti itu tidak terjadi, maka supervisor harus membantu guru-guru dalam membuat persiapan mengajar sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Persiapan-persiapan yang seharusnya dipersiapkan guru salah satunya adalah persiapan lahir yaitu suatu persiapan yang bisa dilihat seperti persiapan tak tertulis misalnya persiapan alat peraga, mencari sumber-sumber pengajaran, mempersiapkan alat pelajaran misalnya, kapur, spidol, penghapus, tape recorder dan lain-lain.
Persiapan tertulis adalah persiapan-persiapan yang harus dipersiapkan guru dalam bentuk tulisan. Suatu pekerjaan yang hendak kita lakukan harus kita rencanakan terlebih dahulu dengan seksama, supaya pada waktu mengerjakannya segalanya berjalan lancar. Inilah sebabnya seorang guru harus membuat persiapan pelajaran yang hendak diberikan. Persiapan itu harus dibuat tertulis supaya dapat diperiksa dan diperbaiki. Persiapan itu juga bisa sebagai alat control terhadap diri sendiri supaya dapat memperbaiki cara mengajarnya. Waktu menyiapkan persiapan tertulis ini tidak boleh terlalu singkat sebab segalanya harus dipertimbangkan secara seksama mulai dari merumuskan tujuan pengajaran sampai dengan menyiapkan alat evaluasi. “Model persiapan tertulis”. Dalam rangka pengembangan pengajaran diharapkan guru mampu mengajar dengan baik sehingga tujuan intruksional yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik pula.
Salah satu system pencapaian yang efektif dan efisien adalah system penyampaian yang menggunakan model satuan pelajaran. Satuan pelajaran ini merupakan rencana kegiatan belajar megajar dalam usaha membahas suatu satuan bahasan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan intruksional. Pembuatan satuan pelajaran seperti merumuskan tujuan instruksional, menentukan materi pelajaran, menetukan metode alat dan sumber pelajaran, evaluasi.
Ditingkat sebelum guru membuat satuan pelajaran, langkah awal yang harus dilaksanakan guru sebagai dasar pembuatan satuan pelajaran adalah
membuat program semester, formatnya berisi mata pelajaran, kelas, tahun ajaran, sub pokok bahasan, alokasi waktu, bulan dan minggu pelaksanaan. Membuat rancangan global, berisi identitas, jatah waktu, pokok bahasan, sub pokok bahasan, waktu, metode, langkah-langkah untuk intrakurikuler, dan penilaian.
Kemudian persiapan batin yang dimaksud di sini adalah dengan persiapan mental. Persiapan mental ini penting artinya bagi guru, sebab hal ini sangat berpengaruh terhadap penampilan guru itu pada waktu memberikan pelajaran di depan siswa. Jika persiapan batin baik, maka ia akan memperlihatkan penampilan yang tenang, tidak ragu, dan menunjukkan sifat percaya diri, tidak kaku dan sebagainya. Sebaliknya, jika persiapan batin itu kurang, maka akan berakibat kurang baik dalam memberikan pelajaran di depan siswanya.
2.2.2. Aspek-aspek yang Perlu Dipersiapkan Guru dalam Proses  Pembelajaran

Persiapan mengajar merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat satuan bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan 3 tatap muka persiapan mengajar dapat digunakan  sebagai dasar untuk menyusun rencana pembelajaran dan sekaligus sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif.
Kesiapan guru dalam proses pembelajaran yaitu merencanakan rencana belajar atau RPP berupa pelaksanaan kegiatan atau proses belajar mengajar dan strategis atau metode mengajar, kesiapan kepribadian yang meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental, kompetensi atau kemampuan dasar. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, proses pembelajaran berorientasi kepada olah kegiatan pemikiran, mentalitas, dan perbuatan siswa yang diwujudkan dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga proses pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik, menantang dan juga menyenangkan.
Optimalisasi pemanfaatan media dan sumber belajar untuk mendukung proses belajar aktif serta evaluasi yang di dasarkan kepada perubahan perilaku siswa baik yang direncanakan (instructional effect) maupun tidak (nurturan effect).
Pelaksanaan rencana pembelajaran harus berorientasi kepada upaya penyiapan individu siswa agar mampu melaksanakan perangkat kompetensi yang telah direncanakan pada tahap awal pengembangan perencanaan pembelajaran. Konsistensi kompetensi yang akan dicapai dalam setiap matapelajaran hendaknya selalu diupayakan tercapai sacara optimal. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peseta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapakan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran hendaknya berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik, menciptakan kondisi yang menantang dan menyenangkan, bermuatan nilai, etika, estetika, logika,serta menyediakan pusat pengalaman belajar yang beragam (Diknas, 2002).
Dalam hal kemampuan “kesiapan” guru untuk mengajar menjadi hal yang sangat penting, yaitu Penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangannya, kemampuan merancang program pembelajaran serta menyusun desain pembelajaran, terdiri dari tujuan, materi, metode, media sumber kegiatan belajar siswa  dan  evaluasi. Dalam menyusun model desain pembelajaran seorang guru harus mendasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Di samping itu model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru dalam persiapan mengajar boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
2.2.3. Guru Profesional
            Istilah profesional sering digunakan untuk menyebut strata dan status seseorang dalam bidang pekerjaannya. Dalam hal ini profesional diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki seseorang, seperti pengklasifikasian antara pekerja ahli dengan tukang, antara profesional dengan amatiran. Misalnya, seorang guru dikatakan profesional bila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
 Menurut Sahertian (1994:29-36), profesional mempunyai makna ahli (ekspert), tanggung jawab (responsibilty), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral, dan memiliki rasa kesejawatan. Pekerjaan guru memanglah sebagai suatu profesi, tetapi tidaklah semua guru profesional, untuk menentukan guru yang profesional haruslah memenuhi berbagai kriteria seperti ahli (ekspert) yang pertama adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam tugas mendidik.
Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan. Karena mengajar adalah sarana untuk mendidik, yaitu menyampaikan pesan-pesan didik, maka guru yang profesional tidak cukup hanya ahli bidang studi dan  ahli mengajarkannya tetapi harus pula ahli menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi yang diajarkannya.
Nampaknya banyak guru yang hanya ahli dalam mengajar tetapi kurang memperhatikan segi-segi mendidik. Pemahaman seperti itu tidak akan bermanfaat bagi guru sebagai pendidik. Guru yang mampu mengajar saja dan hanya melihat pada tujuan-tujuan dan materi pelajaran belaka, mereka ini menerapkan apa yang oleh Paulo Freire disebut ‘Banking Concept’, yaitu cara guru yang memandang bahwa mengajar itu seperti orang yang memasukkan uang ke dalam bank dan akan mendapatkan bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menerangkan, murid mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab. Konsep seperti itu tidak manusiawi (dehumanisasi). Dalam proses belajar mengajar atau yang kini dikenal proses pembelajaran terjadi dialog yang ekstensial antara pendidik dan subyek didik sehingga subyek didik menemukan dirinya. Karenanya pengetahuan yang diberikan harus dapat membentuk pribadi yang utuh (holistik) dan tidak sekadar ‘transfer of knowledge’. Kalau guru hanya ahli dan trampil mentransfer materi pelajaran, maka pada suatu saat nanti peranan guru akan dapat diganti dengan media teknologi modern. Ingat, bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subyek didik.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Guru yang profesional telah memiliki otonomi atau kemandirian dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada  awalnya memang ia belum punya kebebasan atau otonomi, karena ia masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Ciri-ciri kemandirian antara lain dapat memegang teguh nilai-nilai hidup dapat membuat pilihan nilai  dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu.
Guru yang profesional mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar. Ia menguasai apa yang akan disajikan dan bertangungjawab atas semua yang diajarkan, dan bahkan bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Dalam ilmu pendidikan, tanggung jawab guru mengandung makna multi dimensional, yaitu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, siswa, orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia, dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi tanggung jawab guru  mengandung aspek intelektual, individual, sosial, etis dan relegius. Dimensi-dimensi tanggungjawab ini harus dikembangkan melalui seluruh pengalaman belajar di sekolah, termasuk seluruh bidang studi yang diajarkan serta berjiwa dinamis dan reformis guru yang profesional akan selalu berjiwa dinamis. Ia tidaklah statis. Artinya guru selalu berusaha untuk mengembangkan diri dan profesinya, serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan jaman. Karenanya ia harus pula berjiwa reformis, yaitu mampu mengubah paradigma yang bertentangan dengan profesionalisme, dan mengganggu keotonomiannya, serta memberantas usaha-usaha dehumanisasi kependidikan.
Memiliki rasa kesejawatan salah satu tugas dari organisasi profesi ialah menciptakan rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi inilah diciptakan rasa kesejawatan. Semangat korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi, baik oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Adalah ironi bila guru diharuskan memikul tanggung jawab mendidik begitu berat, tetapi pada pihak lain penghargaan dan perlindungan terhadap jabatan tidak sesuai dengan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada mereka.

logoblog

Thanks for reading Skripsi PERSEPSI SISWA TERHADAP KESIAPAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN Bab 1

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment