BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas,
yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (S. Nasution, 1994:
25). Kegiatan pengajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang
saling terkait satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Salah satu strategi pembelajaran yang
sangat penting untuk dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang baik akan
tercapai apabila disertai dengan perencanaan pengajaran sebagai acuan dalam
mengajar.
1
|
Perencanaan pembelajaran mempunyai peranan penting
dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Oleh karna itu,
seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran karena perencanaan tersebut
adalah fungsi pedagogi yang penting untuk meningkatkan kualitas praktik
pembelajaran dan mungkin sekali untuk motivasi guru (wawan s. suherman,
2001:113). Perencanaan pembelajaran dibuat dengan mengacu pada kurikulum. Dalam
konteks pembelajaran, perencaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode
pengajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Abdul Majid,
2005:17).
Kunci keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan
guru terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Meskipun guru bisa saja
meminta siswa untuk mencatat di kelas, tetapi sebisanya kita dapat
menghindarkan diri dari kebiasaan ini, apalagi kalau alasan utamanya karena
ketidaksiapan dalam mengajar. Setidaknya guru membaca materi ajar sehari
sebelum mengajar sebagai persiapan, meskipun materi tersebut sudah dihafal di
luar kepala. Membaca ulang menyebabkan guru berpikir untuk mempersiapkan
hal-hal lain yang berkaitan dengan materi tersebut. Sebagai contoh, bila
semester sebelumnya hanya mengajarkan konsep tentang dengan ceramah, maka
ketika guru memiliki kesiapan akan muncul kreativitas dalam menvariasi cara
mengajarnya.
Salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses
belajar mengajar (Oemar Hamalik, 9:2005). Kemampuan ini dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada
saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang
seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian
evaluasi seperti merencanakan rencana belajar atau RPP berupa pelaksanaan
kegiatan atau proses belajar mengajar
dan strategis atau metode mengajar, kesiapan kepribadian yang meliputi kesiapan
fisik, kesiapan mental, kompetensi / kemampuan dasar, penguasaan guru seperti
menguasai bahan belajar, kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, kemampuan
melaksanakan proses pengajaran, kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Menggunakan
atau pendekatan mengajar (seperti penggunaan alat peraga dan modul praktik)
atau cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efesien.
Sehubungan dengan hal tersebut, sudjana (2001:17)
menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu:
1) Guru
harus mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. 2) Guru
harus mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3) Guru
harus mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat,
dan bidang studi yang dibinanya, dan 4) Guru harus mempunyai keterampilan
teknik mengajar.
Hal
yang utama mengenai ketidaksiapan guru adalah guru yang kurang memiliki
pengetahuan dan keterampilan, hal ini merupakan prediktor kekurangan mampuan
guru melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar sebelum mengajar, seorang guru perlu mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kelancaran pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Namun sebelum mempersiapkan, banyak hal yang harus diketahui guru
agar persiapan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan situasi dan kondisi
yang akan dihadapi, baik yang menyangkut kondisi siswa, sarana prasarana
sekolah, keadaan kelas, lingkungan sekolah, dan lain-lain.
Pelaksanaan perencanaan program terlihat
sulit, namun apabila guru mengetahui dengan jelas tujuan yang ingin dicapai
maka pola kerjanya akan menjadi terarah sehingga perencanaan program akan
terlaksana dengan mudah. Guru sebaiknya menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk setiap satu semester. Penyusunan RPP secara menyeluruh
untuk satu semester akan dapat menjamin kesinambungan tujuan, materi pelajaran,
proses belajar mengajar dan penilaian. Apabila setiap bidang studi telah memiliki
RPP menyeluruh untuk setiap semester, maka akan lebih mudah menilai
keberhasilan kurikulum. Perencanaan suatu pertanggung jawaban guru terhadap
profesi yang disandangnya. Perencanaan merupakan kompetensi yang penting yang
harus dimiliki oleh guru, meski perencanaan tidak menjamin keefektifan proses pembelajaran.
Walaupun demikian, dengan perencanaan yang baik, guru akan memiliki bekal yang
cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang
direncanakan dengan seksama diharapkan akan berlangsung secara efektif dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Permasalahan tersebut dapat menghambat
pelaksanaan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, penting bagi
guru untuk menguasai dan membuat perencanaan pembelajaran yang akan diajarkan untuk
dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Sehingga, kegiatan pembelajaran dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka penulis tertarik untuk mengadankan penelitian tentang. ”Persepsi
Siswa Terhadap Kesiapan Guru Dalam Proses Pembelajaran Studi Pada SMP Negeri 18
Banda Aceh.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah di atas sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana persepsi siswa terhadap kesiapan guru di dalam proses pembelajaran?
1.2.3
Kendala-kendala apa saja yang di hadapi guru dalam mempersiapkan proses
pembelajaran?
1.3.
Tujuan Penelitian
Maka dapat penelitian ini berdasarkan
rumusan di identifikasi ialah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk
mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kesiapan guru dalam proses
pembelajaran
1.3.2 Untuk
mengetahui Kendala-kendala apa saja yang di hadapi guru dalam mempersiapkan
proses pembelajaran
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya
penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagi peneliti sendiri,
penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan pemahaman
tentang pelaksanaan pembelajaran
1.4.2 Hasil penelitian ini berguna
bagi peneliti lainnya yang ingin mengembangkan
lebih lanjut penelitian sejenis.
1.4.3 Penelitian ini bermanfaat
untuk guru dan peserta didik terutama
dalam rangka meningkatkan dan
mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam pelaksanaan pembelajaran.
1.5.
Definisi Istilah
1.5.1 Ruang Lingkup
Penelitian
Dalam penelitian ini terkait permasalahan yang di
paparkan dalam latar belakang masalah maka yang menjadi ruang lingkup
penelitian adalah persepsi siswa`terhadap kesiapan guru dalam proses
pembelajaran (studi pada SMP Negeri 18
Banda Aceh)
1.5.2 Defenisi Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul
dalam penelitian yang dimaksud maka perlu di berikan batasan definisi istilah
yang di maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama,
Persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang di
landasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan
demikian, dapat di katakana juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang
dari situasi tertentu (Rahmad, 2003:16).
Kedua, kesiapan guru
adalah kesiapan dari seorang guru bahwa suatu kompetensi sehingga seseorang
yang mempunyai kompetensi berarti seseorang tersebut memiliki kesiapan yang
cukup untuk berbuat sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2001:54).
Ketiga, Pembelajaran diartikan
sebagai suatu proses membelajarkan seseorang yaitu siswa atau peserta didik
yang direncanakan, dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran (komalasari,
2010:3).
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1.
Pengertian Persepsi
Persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa
atau informasi yang di landasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan
penafsiran itu. Dengan demikian, dapat di katakana juga bahwa persepsi adalah
hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu (Rahmad, 2003:16).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut (C. Leavitt, 1978:
117), dikutip dalam buku Desmita, perception dalam pengertian sempit
adalah penglihatan yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan
arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Pengertian persepsi menurut (Henry Clay
Lindgren, 1981), bahwa (“Perceptionis viewed as the medical as the mediating
processes that are initiated bysensations”).
Sedangkan
menurut (Clifford T. Morgan , 1971), bahwa (“Perception is theprocess of
discriminating among stimuli and of interpreting their meaning”).
(persepsi
adalah proses membedakan antara banyak rangsangan dan proses menerjemahkan
maksud-maksud rangsangan tersebut).
8
|
2.1.1.
Prinsip Dasar tentang Persepsi
(Slameto, 2003), mengemukakan bahwa
prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar
dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan menjadi komunikator yang
efektif, persepsi itu relatif bukannya absolute. Seorang guru dapat meramalkan
dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru
tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa
dari pelajaran sebelumnya. Persepsi itu selektif seorang guru dalam memberikan
pelajaran harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar
mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian
pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa
tidak terpikat pada satu bagian yang tidak penting ini.
Persepsi itu mempunyai tatanan bagi
seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus
tersusun dalam tatanan yang lebih baik. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan
kesiapan (penerima rangsangan). Guru dalam memberi pelajaran dapat menyiapkan
siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada
pelajaran pertama urut-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut.
Misalnya jika pada hari pertama guru mengajak berdoa sebelum pelajaran dimulai
maka dipastikan bahwa hari berikutnya siswa akan memulai pelajaran dengan
berdoa.
Persepsi seseorang atau kelompok dapat
jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama
perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan
dalam motivasi. Bagi seorang guru prinsip ini berarti bahwa agar dapat diperoleh
persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain
yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan metode
yang berbeda.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
persepsi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan
seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya. Persepsi itu bersifat relatif, selektif, dan teratur. Semakin
baik persepsi tentang sesuatu maka semakin mudah siswa belajar mengingat sesuatu
tersebut. Dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena dapat
memberikan pengertian yang salah pula pada siswa tentang apa yang dipelajari
serta dalam pembelajaran juga perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang
dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga siswa memperoleh persepsi yang lebih
akurat.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut (Bimo Walgito,1993), Objek yang
dipersepsi adalah objek yang menimbulkan stimulus yang akan mengenai alat
indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor,
namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. Alat indera,
syaraf, dan pusat susunan syaraf alat indera atau reseptor merupakan alat untuk
menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu
otak.
Otak merupakan pusat kesadaran yang
berfungsi sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan syaraf motoris. Perhatian
untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
karena perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.
Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk mengadakan persepsi ada beberapa faktor yang berperan, yang
merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu objek atau stimulus yang
dipersepsi, alat indera, syaraf, serta pusat susunan syaraf, yang merupakan
syarat fisiologis.
Arikunto
dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi beberapa faktor
seperti ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang
mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi
seseorang . Faktor pribadi termasuk di
dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan
lain sebagainya.
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut
Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu
faktor internal dan faktor
ekternal yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup fisiologis
seperti Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti
terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap
orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda
kemudian perhatian, Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada
pada suatu objek.
Energi tiap orang
berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal
ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek, persepsi terhadap suatu objek bervariasi
tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang
digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe
tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Persepsi
dapat di kaitkan dengan Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan
tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
Faktor
eksternal latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan
kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal
baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
2.1.4. Sebab- Sebab yang Mempengaruhi Perbedaan
Persepsi
Pada dasarnya setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan persepsi tersebut dapat disebabkan oleh perhatian
biasanya seseorang tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya
sekaligus, tetapi hanya memfokuskan perhatiannya pada satu atau dua objek saja.
(Ahmad Fauzi 2004). Perbedaan fokus
antara satu orang dengan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka,
kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang sifatnya menetap pada diri seseorang
itu mempengaruhi persepsi orang tersebut. Sistem nilai yang ada dalam suatu
masyarakat berpengaruh terhadap persepsi seseorang, dilihat dari ciri
keperibadian juga akan mempegaruhi persepsi.
Dari beberapa sebab yang mempengaruhi perbedaan persepsi diatas
dapat disimpulkan bahwa rangsangan yang diterima dari lingkungan pada setiap
diri seseorang itu berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan itulah yang menyebabkan
perbedaan persepsi.
2.1.5. Proses
Terjadinya Persepsi
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi,
sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan
prantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang
dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan
teori rangsangan-rangasangan (stimulus-respons SR).
Persepsi merupakan bagian dari
keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada
manusia. Subproses psikologi lainnya yang mungkin adalah pengenalan,
prasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi diperlukan
dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling
sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan suatu
cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang
perlu dari setiap situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan
individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu
bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau
emosi atau kedua-duanya.
Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan kadang-kadang
disebut variabel psikologis yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan.
Sudah tentu, ada pula cara lain untuk mengonsepsikan lapangan psikologi, namun
rumus S-R dikemukakan di sini karena telah diterima secara luas oleh para
psikolog dan karena unsur-unsur dasarnya mudah dipahami dan digunakan oleh ilmu
sosial lainnya (Hennessy, 1981:117).
Dari segi psikologi dikatakan
bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang, dalam
proses persepsi seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap
rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
Interprestasi suatu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.
Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu,
sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi
juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian
informasi yang kompleks menjadi sarjana. Interprestasi
dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi
(Depdikbud, 1985), dalam (Soelaeman,
1987). Jadi, proses persepsi adalah
melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang
sampai.
Perhatian mempunyai
fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-rangsangan yang sampai kepada kita,
sehingga tidak kita terima secara kacau. Perhatian dipengaruhi aleh
beberapa faktor yang dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu faktor luar
dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek
yang diamati itu sendiri, intensitas atau ukuran, kontras atau pengulangan, dan
gerakan sedangkan faktor dalam adalah adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu pengamat, yaitu motif, kesediaan, dan harapan
(Dirgagunasra, 1996: 107).
Kita dapat mengilustrasikan
bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langka yang terlibat dalam
prosesnya. Tahap-tahap ini tidaklah saling
terpisa benar dalam kenyatannya, ketiganya
bersifat countinu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain. Terjadinya
stimulasi alat indara (sensory stimulation). Pada tahap pertama. Alat-alat indra distimulasi
(dirangsang) kita mendegarkan alat musik. Kita melihat seorang yang sudah lama tidak
kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kiat
mencicipi sepotong kue. Kiat merasakan telapak tangan berkeringat ketika kita
berjabat tangan.
Stimulasi terhadap alat indra
diatur pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indar diatur menurut berbagai
prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip
proksimitas (proximility) atau kemiripan orang atau
pesan secara fisik mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau
sebagai suatu kesatuan (unity). Stimulasi alat indra ditafsirkan dievaluasi langkah ketiga ini merupakan
proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima. Penafsiran evaluasi
tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan
tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya
yang ada pada kita.
2.2. Pengertian Kesiapan Guru
Untuk mencapai suatu pekerjaan,
seseorang perlu memiliki kesiapan akan segala sesuatu yang diperlukan dalam
pelaksaan tugas tersebut, baik kesiapan fisik, kesiapan mental maupun kesiapan
secara segi kognitif. Hal ini berlaku juga
bagi seorang guru yang berperan sebagai pemberi pelajaran kepada siswa dalam
proses belajar mengajar harus selalu membekali diri dengan persiapan sebelum
mengajar. Kesiapan dalam kamus psikologi diartikan suatu titik kematangan untuk
menerima atau mempraktekan tingkah laku tertentu (Dali Gulo : 1983).
Suharsimi Arikunto (2001: 54),
memberikan arti terhadap kesiapan dari seorang guru bahwa kesiapan adalah suatu
kompetensi sehingga seseorang yang mempunyai kompetensi berarti seseorang
tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.
Menurut Nana Sudjana (1999) berpendapat
bahwa ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan
strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar (merencanakan rencana
belajar), kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar (alat peraga) dan
tahap ketiga prinsip mengajar (persiapan mental). Mempersiapkan diri sebelum
mengajar menurut tiga aspek tersebut akan membuat pengajar siap serta penuh
percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah
mengetahui cara yang akan digunakan untuk menjelaskan bahan pelajaran.
Potensi-potensi tersebut pada dasarnya sama dengan yang dikemukakan oleh Nana
Sudjana (1999). Persiapan yang baik sangat perlu untuk mendapatkan atau
memperoleh hasil yang maksimal. Ketiga tahapan tersebut harus ditempuh pada
setiap saat melaksanakan pengajaran. Satu tahap ditinggalkan, sebenarnya tidak
dapat dikatakan proses pengajaran pada dasarnya konsep persiapan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar adalah konsep yang sangat baik, namun implementasi
dalam proses persiapan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Perubahan zaman
dan perubahan teknologi pendidikan menuntut perubahan pola pikir, sikap serta
nilai-nilai dari setiap individu yang ikut di dalamnya.
Pelaksanaan persiapan mengajar akan berhasil
maka perubahan pola pikir, sikap dan guru-gurunya harus mengikuti perubahan
yang ada. Berdasarkan pengertian kesiapan dan mengajar diatas, dapat
dikemukakan bahwa kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan
yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan
dengan baik yang menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar
dapat belajar dan kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan dengan demikian
kesiapan guru pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan
efisien. Dengan perkataan lain strategi mengajar adalah politik atau taktik
yang digunakan guru dalam melaksanakan praktik mengajar. Salah satu kemampuan
dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan
melaksanakan proses belajar mengajar (Oemar Hamalik 2005).
Kemampuan ini dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat
berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang
seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran,
kegiatan belajarmengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian
evaluasi.
Sebagai seorang guru, salah satu tugas utama adalah
menyusun strategi pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
Strategi adalah suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bila kata strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka
diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
sebagai usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua
tindakan guru apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju
keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran.
Persiapan membuat perencanaan tertulis
yang berisi tujuan pembelajaran secara operasional materi, bentuk kegiatan
belajar mengajar, metode yang digunakan, waktu, alat-alat pelajaran dan
evaluasi. Metode belajar yang digunakan harus menggunakan cara tertentu yang
tepat dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan tercapai. Metode yang
sering digunakan adalah metode individu (Melakukan tugas eksperimen untuk
siswa) dan metode klasikal (Ceramah dan
demontrasi ). Pemberian motivasi belajar pengadaan alat peraga dan perpustakan
bertujuan untuk membantu siswa agar siswa mendapat gambaran yang konkrit, untuk
menjelaskan materi pelajaran, untuk menarik perhatian siswa, menambah kegiatan
belajar.
Persiapan mengajar pada
hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan tentang apa yang dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar
merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi.
Dalam mengembangan persiapan
mengajar, terlebih dahulu harus menguasai secara teoritis dan praktis
unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus
dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan
dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi
pembelajaran.
Dalam persiapan mengajar harus
jelas kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik, apa yang harus
dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana
guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu.
Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam
setiap persiapan mengajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran
dan membentuk kompetensi peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan persiapan
mengajar seperti kompetensi yang dirumuskan dalam
persiapan mengajar harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati,
dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi tersebut, Persiapan mengajar harus
sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Kegiatan-kegiatan yang disusun
dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Persiapan mengajar yang
dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya serta harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di
sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksakan secara tim (team teaching)
atau moving class.
(Mulyasa, 2012), menyebutkan bahwa guru profesional harus mampu
mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis, karena disamping untuk kepentingan
pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar merupakan bentuk dari “profesional
accoutability”.
2.2.1.
Kesiapan Guru dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan
suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat
dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format
perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung
seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penempatan atau pemilihan
komponen yang kurang tepat, oleh Das Salirawati, M.Si dalam
workshop 2005.
Kegiatan guru di sekolah maupun di luar sekolah sangat
menuntut kesabaran, ketekunan, kelincahan dan juga keterampilan pengetahuan dan
pengalaman. Salah satu tugas guru yang berhubungan erat dengan tugas pokoknya
sebagai pengajar adalah membuat persiapan mengajar, yaitu segala sesuatu yang
disediakan guru dalam hubungannya dengan kegiatan interaksi belajar mengajar, baik
yang dapat diamati ataupun bersifat abstrak. Sering didapati guru mengajar tanpa persiapan mengajar yang matang. Hal ini tampak pada
penampilannya di depan kelas pembicaraan guru berputar-putar, tidak jelas ujung
pangkalnya. Guru
tampak gugup dan keterangan-keterangan
guru sulit dipahami murid. Akibat
ketidaksiapan itu kelas
menjadi kacau, guru sering marah-marah dan tujuan pengajaran tidak dapat
dicapai. Agar hal-hal seperti itu tidak terjadi, maka supervisor
harus membantu guru-guru dalam membuat persiapan mengajar sehingga guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik dan tujuan tersebut dapat direalisasikan.
Persiapan-persiapan yang seharusnya dipersiapkan guru salah
satunya adalah persiapan lahir yaitu
suatu persiapan yang bisa dilihat seperti persiapan tak tertulis misalnya persiapan alat peraga, mencari sumber-sumber pengajaran, mempersiapkan alat pelajaran misalnya, kapur, spidol, penghapus, tape recorder dan lain-lain.
Persiapan tertulis adalah persiapan-persiapan yang harus
dipersiapkan guru dalam bentuk tulisan. Suatu pekerjaan yang hendak kita
lakukan harus kita rencanakan terlebih dahulu dengan seksama, supaya pada waktu
mengerjakannya segalanya berjalan lancar. Inilah sebabnya seorang guru harus membuat persiapan pelajaran yang hendak
diberikan. Persiapan itu harus dibuat tertulis supaya dapat diperiksa dan
diperbaiki. Persiapan itu juga bisa sebagai alat control terhadap diri sendiri
supaya dapat memperbaiki cara mengajarnya. Waktu menyiapkan persiapan tertulis
ini tidak boleh terlalu singkat sebab segalanya harus dipertimbangkan secara
seksama mulai dari merumuskan tujuan pengajaran sampai dengan menyiapkan alat
evaluasi. “Model persiapan tertulis”. Dalam rangka pengembangan pengajaran diharapkan guru
mampu mengajar dengan baik sehingga tujuan intruksional yang telah direncanakan
dapat tercapai dengan baik pula.
Salah satu system pencapaian yang efektif dan efisien
adalah system penyampaian yang menggunakan model satuan pelajaran. Satuan
pelajaran ini merupakan rencana kegiatan belajar megajar dalam usaha membahas
suatu satuan bahasan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan intruksional.
Pembuatan satuan pelajaran seperti merumuskan
tujuan instruksional, menentukan materi pelajaran, menetukan metode alat dan sumber pelajaran, evaluasi.
Ditingkat sebelum
guru membuat satuan pelajaran, langkah
awal yang harus dilaksanakan guru sebagai dasar pembuatan satuan pelajaran
adalah
membuat program semester, formatnya berisi mata pelajaran, kelas, tahun ajaran, sub pokok bahasan, alokasi waktu, bulan dan minggu
pelaksanaan. Membuat
rancangan global, berisi identitas,
jatah waktu, pokok bahasan, sub pokok bahasan, waktu, metode, langkah-langkah
untuk intrakurikuler, dan penilaian.
Kemudian
persiapan batin yang dimaksud di sini adalah dengan
persiapan mental. Persiapan mental ini penting artinya bagi guru, sebab hal ini
sangat berpengaruh terhadap penampilan guru itu pada waktu memberikan pelajaran
di depan siswa. Jika persiapan batin baik, maka ia akan memperlihatkan
penampilan yang tenang, tidak ragu, dan menunjukkan sifat percaya diri, tidak
kaku dan sebagainya. Sebaliknya, jika persiapan batin itu kurang, maka akan
berakibat kurang baik dalam memberikan pelajaran di depan siswanya.
2.2.2.
Aspek-aspek yang Perlu Dipersiapkan Guru dalam
Proses Pembelajaran
Persiapan mengajar
merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat satuan bahasan
untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan 3 tatap muka persiapan mengajar
dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyusun rencana pembelajaran dan sekaligus sebagai acuan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif.
Kesiapan guru dalam proses pembelajaran
yaitu merencanakan rencana belajar atau RPP berupa pelaksanaan kegiatan atau
proses belajar mengajar dan strategis atau metode mengajar, kesiapan
kepribadian yang meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental, kompetensi atau kemampuan
dasar. Pelaksanaan
pembelajaran hendaknya didasarkan kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa, proses pembelajaran
berorientasi kepada olah kegiatan pemikiran, mentalitas, dan perbuatan siswa
yang diwujudkan dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga proses pembelajaran
tersebut menjadi lebih menarik, menantang dan juga menyenangkan.
Optimalisasi
pemanfaatan media dan sumber belajar untuk mendukung proses belajar aktif serta
evaluasi yang di dasarkan kepada perubahan perilaku siswa baik yang
direncanakan (instructional effect) maupun tidak (nurturan effect).
Pelaksanaan rencana pembelajaran harus
berorientasi kepada upaya penyiapan individu siswa agar mampu melaksanakan
perangkat kompetensi yang telah direncanakan pada tahap awal pengembangan
perencanaan pembelajaran. Konsistensi kompetensi yang akan dicapai dalam setiap
matapelajaran hendaknya selalu diupayakan tercapai sacara optimal. Kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peseta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapakan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
hendaknya berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas peserta didik,
menciptakan kondisi yang menantang dan menyenangkan, bermuatan nilai, etika,
estetika, logika,serta menyediakan pusat pengalaman belajar yang beragam
(Diknas, 2002).
Dalam hal kemampuan “kesiapan” guru untuk mengajar
menjadi hal yang sangat penting, yaitu Penguasaan bidang keilmuan yang menjadi
kewenangannya, kemampuan merancang program pembelajaran serta
menyusun desain pembelajaran, terdiri
dari tujuan, materi, metode, media sumber kegiatan belajar siswa dan evaluasi. Dalam menyusun model desain pembelajaran seorang guru
harus mendasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis,
sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce & Weil
(1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Di samping itu model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru dalam persiapan mengajar boleh memilih model pembelajaran
yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
2.2.3.
Guru Profesional
Istilah profesional sering digunakan
untuk menyebut strata dan status seseorang dalam bidang pekerjaannya. Dalam hal
ini profesional diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki
seseorang, seperti pengklasifikasian antara pekerja ahli dengan tukang, antara
profesional dengan amatiran. Misalnya, seorang guru dikatakan profesional bila
guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
Menurut Sahertian (1994:29-36), profesional
mempunyai makna ahli (ekspert), tanggung jawab (responsibilty), baik
tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral, dan memiliki rasa
kesejawatan.
Pekerjaan guru memanglah sebagai suatu profesi,
tetapi tidaklah semua guru profesional, untuk menentukan guru yang profesional
haruslah memenuhi berbagai kriteria seperti ahli (ekspert) yang pertama
adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam tugas
mendidik.
Seorang guru tidak saja menguasai isi
pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai
pengetahuan yang diajarkan. Karena mengajar adalah sarana untuk mendidik, yaitu
menyampaikan pesan-pesan didik, maka guru yang profesional tidak cukup hanya
ahli bidang studi dan ahli mengajarkannya tetapi harus pula ahli
menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi yang diajarkannya.
Nampaknya banyak guru yang hanya ahli
dalam mengajar tetapi kurang memperhatikan segi-segi mendidik. Pemahaman
seperti itu tidak akan bermanfaat bagi guru sebagai pendidik. Guru yang mampu
mengajar saja dan hanya melihat pada tujuan-tujuan dan materi pelajaran belaka,
mereka ini menerapkan apa yang oleh Paulo Freire disebut ‘Banking Concept’,
yaitu cara guru yang memandang bahwa mengajar itu seperti orang yang memasukkan
uang ke dalam bank dan akan mendapatkan bunga. Guru mengajar, murid belajar,
guru menerangkan, murid mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab. Konsep
seperti itu tidak manusiawi (dehumanisasi). Dalam proses belajar mengajar
atau yang kini dikenal proses pembelajaran terjadi dialog yang ekstensial
antara pendidik dan subyek didik sehingga subyek didik menemukan dirinya.
Karenanya pengetahuan yang diberikan harus dapat membentuk pribadi yang utuh (holistik)
dan tidak sekadar ‘transfer of knowledge’. Kalau guru hanya ahli dan
trampil mentransfer materi pelajaran, maka pada suatu saat nanti peranan guru
akan dapat diganti dengan media teknologi modern. Ingat, bahwa guru bukan hanya
pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep
berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan
subyek didik.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab
guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia
juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Guru yang profesional telah memiliki
otonomi atau kemandirian dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan
berdasarkan keahliannya. Pada awalnya memang ia belum punya kebebasan
atau otonomi, karena ia masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar
dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri.
Ciri-ciri kemandirian antara lain dapat memegang teguh nilai-nilai hidup dapat
membuat pilihan nilai dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri
dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu.
Guru yang profesional mempersiapkan diri
sematang-matangnya sebelum ia mengajar. Ia menguasai apa yang akan disajikan
dan bertangungjawab atas semua yang diajarkan, dan bahkan bertanggung jawab
atas segala tingkah lakunya. Dalam ilmu pendidikan, tanggung jawab guru
mengandung makna multi dimensional, yaitu bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, siswa, orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan
negara, sesama manusia, dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi
tanggung jawab guru mengandung aspek intelektual, individual, sosial,
etis dan relegius. Dimensi-dimensi tanggungjawab ini harus dikembangkan melalui
seluruh pengalaman belajar di sekolah, termasuk seluruh bidang studi yang
diajarkan serta berjiwa dinamis dan reformis guru yang profesional akan selalu
berjiwa dinamis. Ia tidaklah statis. Artinya guru selalu berusaha untuk
mengembangkan diri dan profesinya, serta mampu menyesuaikan diri dengan
tuntutan perkembangan jaman. Karenanya ia harus pula berjiwa reformis, yaitu
mampu mengubah paradigma yang bertentangan dengan profesionalisme, dan
mengganggu keotonomiannya, serta memberantas usaha-usaha dehumanisasi
kependidikan.
Memiliki rasa kesejawatan
salah satu tugas dari organisasi profesi ialah menciptakan rasa kesejawatan
sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini dikembangkan
melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi inilah diciptakan rasa
kesejawatan. Semangat korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru
dijunjung tinggi, baik oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
Adalah ironi bila guru diharuskan memikul tanggung jawab mendidik begitu berat,
tetapi pada pihak lain penghargaan dan perlindungan terhadap jabatan tidak
sesuai dengan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada mereka.
No comments:
Post a Comment