BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian Indonesia masih
tergolong lambat akibat dari berbagai permasalahan yang dihadapi
sekarang ini. Beberapa permasalah tersebut antara lain seperti di bawah
ini :1). Target Inflasi Tahun 2007 Terancam Tak Tercapai. Tingkat
inflasi yang ditargetkan hanya 6 persen oleh pemerintah sepertinya makin
sulit tercapai. Dua pekan pertama Oktober atau menjelang lebaran yang
lalu menjadi penentu capaian target inflasi. Ini karena inflasi pada
September sudah cukup tinggi yakni 0,80 persen, dan inflasi mulai
Januari hingga September sudah 4,41 persen. Inflasi year on year bahkan
berada di posisi 6,95 persen. 2). Peluang turunnya tingkat suku bunga
sangat kecil. Pada tahun 2007 ruang bagi penurunan suku bunga
diperkirakan hampir tidak ada. Jika ada, penurunan suku bunga jauh lebih
ketat dan lebih kecil. Di samping itu, kemungkinan penurunan suku bunga
pada tahun depan juga akan melihat apakah kondisi makroekonomi yang
membaik sepanjang 2006 akan terulang pada tahun 2007 ini. 3). Iklim
investasi masih buruk. Meningkatnya sektor usaha infrastruktur dan
lainnya ternyata tidak diikuti dengan peningkatan investasi. 4). Tingkat
pengangguran tergolong masih tinggi. Masalah pengangguran di negeri ini
memang merupakan masalah klasik yang tiap periode selalu menjadi
perbincangan hangat. Meski sebenarnya telah terjadi penurunan, namun
tetap saja tak banyak membantu bagi pertumbuhan ekonomi. Seperti yang
telah dikutip berbagai media massa bahwa pemerintah bertekad mengurangi
angka pengangguran.
Tahun 2007, Depnakertrans siap
mengentaskan sekitar 1,5 juta orang pengangguran yang tersebar di
seluruh Indonesia. Sebenarnya bukan hanya tahun 2007 saja, setiap tahun
pun selalu terdengar kalimat itu, namun tingkat pengangguran masih belum
mengalami penurunan yang berarti. Kebijakan-kebijakan pemerintah belum
dapat menarik naik perekonomian.Sama halnya dari tahun ke tahun
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah belum dapat
mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di negara ini. Bahkan arah
kebijakan-kebijakan tersebut terkesan terlalu terburu-buru karena kerap
kali setelah semua berjalan dilakukan perombakan kembali tentang
kebijakan-kebijakan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak pihak yang mengatakan target
inflasi 6 persen pasti tak tercapai. Karena menurut mereka yang paling
realistis adalah 6,5 persen. Berdasarkan berbagai analisa, inflasi
disebabkan murni faktor dalam negeri. Sebab meskipun rupiah sempat
terdepresiasi, posisinya kini relatif stabil. Sehingga dampaknya,
insentif intermediasi perbankan makin sulit diberikan karena suku bunga
tidak bisa diturunkan. Melihat keadaan saat ini, mungkin inflasi akhir
tahun akan berada di kisaran 6,5-6,8 persen. Karenanya suku bunga BI
belum akan turun. Sepertinya inflasi September lalu tidak disebabkan
kenaikan empat kebutuhan pokok yakni beras, minyak goreng, minyak tanah,
gula. Tetapi hal tersebut disebabkan harga keempat komoditas tersebut
sudah lebih dahulu naik, sehingga kenaikannya pada September sudah
melambat. Menurut data yang saya peroleh, minyak goreng hanya menyumbang
inflasi 0,2 persen dan beras 0,1 persen. Secara umum, kenaikan indeks
harga terjadi pada kelompok bahan makanan 1,81 persen; makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau 0,45 persen; dan perumahan, air, listrik,
gas, dan bahan bakar 0,18 persen. Kemudian kelompok sandang 1,22 persen;
kesehatan 0,44 persen, rekreasi dan olahraga 1,70 persen; dan kelompok
transpor. Tetapi setelah melihat perkembangan sampai saat ini, kita
masih dapat optimis bahwa target inflasi masih tetap dapat dicapai.
Adanya optimisme ini karena didukung dengan kebijakan yang hati-hati.
Coba kita perhatikan meskipun terdapat guncangan akibat kenaikan harga
minyak dunia, tetapi kita bisa meyakini guncangan tersebut tidak akan
membuat krisis seperti tahun 1997.
Sebelumnya Menko Perekonomian Boediono
mengatakan, target inflasi 2007 sebesar 6,0 persen masih bisa dicapai
meskipun pemerintah hanya memiliki ruang inflasi 0,76 persen dalam dua
bulan ke depan yang artinya sampai saat ini. Saya kira bahan pokok
stabil, saya kira bisa atau masih bisa mendekati. Yang penting kita
fokuskan pada harga kebutuhan pokok.. Tetapi kita perlu mewaspadai
tekanan inflasi terbesar yang diperkirakan akan datang pada bulan
Desember, di mana ada hari Natal dan tahun baru.
Sementara itu kita beralih ke tingkat
suku bunga, dimana saat ini Bank Indonesia (BI) tidak mungkin menurunkan
suku bunga hingga 300 basis poin (bps) seperti yang dilakukan sepanjang
tahun 2006. Walaupun ruang untuk penurunan kemungkinan masih ada, pada
tahun ini penurunan suku bunga oleh BI akan tetap dilakukan tetapi tak
akan terlalu besar.Sangat mustahil suku bunga diturunkan 300 basis poin
lagi pada tahun 2007 ini. BI tak mungkin menurunkan suku bunga hingga
6,75 persen pada tahun 2007, jika inflasi ditargetkan enam persen. Jika
itu tetap dilakukan, itu menunjukkan bahwa BI kurang bijaksana dan
kurang berhati-hati. Dalam menghadapi situasi ini, BI tak boleh hanya
menganalisis satu hal saja sebagai dasar untuk menurunkan suku bunga.
Ada banyak faktor yang harus dikaji, tak hanya melihat pertumbuhan
ekonomi saja sebagai dasar untuk menurunkan suku bunga tetapi juga
berbagai hal lainnya. Moneter policy, tak bisa one to one, seperti jika
inflasi naik, suku bunga harus diturunkan, begitu pula
sebaliknya. Sebenarnya pada tahun ini daya beli masyarakat dapat
dikatakan berangsur mulai membaik, pemerintah juga melalui Bank
Indonesia mengeluarkan kebijakan menurunkan suku bunga dengan asumsi
dapat menstimulus kalangan usaha untuk kembali menggairahkan
sektor-sektor strategis, kebijakan ini direspon positif oleh kalangan
usaha yang terkait langsung dengan suku bunga.
Selain itu dalam paket kebijakan ekonomi
yang dikeluarkan pemerintah, mulai menunjukkan kemajuan. Namun dari
segi investasi masih jauh dari optimal, hal ini disebabkan oleh
peraturan investasi masih belum ada kejelasan.Sampai saat ini dapat kita
lihat, pemerintah belum bisa melakukan restrukturisasi dalam bidang
investasi, terutama menyangkut birokrasi yang panjang dan kepastian
hukum. Sehingga Perbankan sebagai sumber dana bagi para investor
menganggap resikonya terlalu tinggi jika mengeluarkan dana untuk kredit
investasi, Perbankan lebih tertarik dengan kredit konsumsi. Ditambah
lagi dengan berbagai aturan yang dibuat oleh DPR membuat para investor
asing memutuskan untuk beralih menyimpan dananya di negara lain yang
lebih mudah dan aman dalam ber-investasi.
Beberapa proyek pembangunan
infrastruktur yang menjadi prioritas pemerintah pada tahun 2007 terkesan
ambisius, karena pembangunan ini tidak realistis dan cenderung terbatas
pada perusahaan tertentu, misalnya saja, pembangunan infrastruktur
pembangkit listrilk 10.000 MW tidak didukung oleh administratif dan
teknis yang baik. Pembangunan jalan tol juga masih belum berjalan,
padahal pemerintah telah menyiapkan dana sebesar 600 Milyar untuk
pembebasan tanah.
Pemerintah daerah juga lebih senang
menyimpan dananya di SBI daripada dialokasikan untuk memenuhi
menggerakkan sektor riil di daerah. Melihat kondisi ini, proyeksi
ekonomi tahun 2007 masih dikatakan paradoks, disatu sisi ada kemajuan
namun hanya sebatas sektoral, itupun tidak mempengaruhi kondisi
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu untuk keluar
dari dilema ini, pemerintah harus segera menyelesaikan masalah peraturan
dan perundang-undangan secepat mungkin. Untuk permasalahan sosial
menyangkut ketenagakerjaan dan kemiskinan akan terus muncul di tahun
2007 dan 2008. Bisa jadi persentasenya meningkat, di tahun 2006
persentase angka kemiskinan masih berkisar antara 17 persen – 18,5
persen. Kemiskinan ini disebabkan oleh kesempatan kerja yang kurang atau
klasik kita kenal dengan sebutan pengangguran, monopoli sektor
strategis terutama masalah pangan. Masalah ini akan menjadi masalah
serius pemerintah ditahun ini dan tahun 2008, upaya pemerintah di tahun
2006 dengan membuat program bantuan langsung tunai (BLT) pada masyarakat
miskin tidak bisa lagi diterapkan di tahun 2007 ini, karena program ini
tidak efektif dan tidak berdampak jangka panjang. Sektor usaha berusaha
menyerap tenaga kerja dengan model tenaga kontrak. Sistem ini dianggap
merugikan para pekerja, oleh sebab itu konflik antar pekerja tetap
menghiasi dinamika ketenagakerjaan Indonesia ditahun ini. Revisi UU
Ketenagakerjaan masih tarik ulur, disatu sisi pemerintah berusaha
menyelesaikan hambatan investasi dan disisi lain pemerintah harus
mengakomodir para pekerja.
Menurut saya pemerintah dan DPR
sebetulnya bisa menyelesaikan masalah ini dengan mengalokasikan anggaran
untuk membuat kebijakan mengoptimalkan modal kerja bagi masyarakat
miskin yang berdampak jangka panjang, peran pemerintah daerah dan UKM
sangat dimungkinkan untuk memfasilitasi program ini. Pengangguran dan
kemiskinan tetap akan tinggi apabila angka inflasi terus meningkat,
kebijakan moneter yang terlalu dominan di tahun 2007 harus dikendalikan
secar rasional. Karena kebijakan ini tidak mendorong sektor riil
bergerak maksimal. Di awal tahun 2007, pertumbuhan ekonomi belum
meningkat signifikan. Alasannya permintaan agregat hanya didorong oleh
konsumsi yang dipicu oleh rencana kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil dan
Upah Minimum Regional pada awal 2007, sedangkan investasi swasta belum
bisa diharapkan. Pertumbuhan ekonomi 2007 berpotensi akan meningkat
lebih tinggi mencapai 6,3 persen jika langkah yang dibutuhkan dapat
direalisasikan lebih cepat. Semua itu membutuhkan kerjasama yang erat
antara BI dan pemerintah untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan
pertumbuhan sebesar enam persen pada tahun 2007 ini. Sebab, sejumlah
langkah yang dibutuhkan berada di bawah kendali pemerintah. Tapi
sebaliknya, jika langkah yang dibutuhkan gagal diimplementasikan secara
tuntas maka pertumbuhan ekonomi 2007 diperkirakan hanya 5,7 persen.
Dengan demikian untuk mencegah kegagalan
tersebut dan mencari solusi stabilitas ekonomi, maka pemerintah perlu
membuat kebijakan yang strategis, tidak hanya sebatas kebijakan jangka
pendek, seperti penurunan BI rate atau kebijakan moneter lainnya yang
hanya bisa dirasakan dalam jangka pendek, tetapi pemerintah bisa
mengoptimalkan kebijakan fiskal dan meningkatkan akselerasi penyelesaian
perundang-undangan menyangkut kemudahan berinvestasi karena menyangkut
beberapa faktor yang harus diwaspadai pada tahun 2007 agar target
pertumbuhan ekonomi 6,3 persen bisa tercapai, yakni harga minyak,
inflasi dalam negeri, BI Rate, Fed Rate, pengeluaran pemerintah, dan
investasi swasta. Pertumbuhan 6,3 persen memakai asumsi bahwa
perekonomian global tumbuh sehat, harga minyak stabil, dan Fed Rate
stabil atau turun sehingga ekspor tetap bisa tumbuh, bunga kredit turun,
dan daya beli pulih. Memang sejak awal tahun 2007, kalangan usaha mulai
menanti kebijakan pemerintah yang berpihak pada pelaku ekonomi,
terutama menyangkut kemudahan dalam melakukan transaksi bisnis dan
investasi diberbagai sektor. Hasilnya pemerintah telah menyiapkan
beberapa kebijakan agar pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target diatas
6 % pada tahun 2007. 7 Kebijakan itu diantaranya menyangkut kebijakan
moneter, pemerintah telah menurunkan suku bunga di BI agar pelaku bisnis
bisa leluasa melakukan usahanya. Selain itu pemerintah dengan DPR
berusaha menyelesaikan UU Penanaman Modal Asing (PMA) dimana didalamnya
menyangkut kebijakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta paket UU
Investasi yang terdiri dari revisi UU Perpajakan, revisi UU
Ketenagakerjaan, RUU Investasi.Semua kebijakan yang sedang dan telah
diputuskan oleh Pemerintah itu dari mulai Januari sampai dengan Mei
2007, belum menunjukkan perubahan optimal terhadap perekonomian
nasional. Nilai inflasi tetap tinggi sebesar 6,29 persen, perkembangan
investasi belum terlihat berubah dan gagasan KEK masih berputar
diwilayah kepentingan politik.Namun karena konsumsi masyarakat meningkat
dan didukung oleh daya beli tinggi, pertumbuhan ekonomi tetap
berkembang, hal ini ditandai dengan mulai maraknya sektor perdagangan
ritel diberbagai pelosok daerah di Indonesia.
Selain itu menjamurnya bisnis
telekomunikasi dengan produk beraneka ragam telah menggerakkan sektor
lainnya terutama menyangkut infrastruktur. Bidang konstruksi tetap
berkembang, pembangunan perumahan, apartemen, hotel dan properti lainnya
diuntungkan oleh menurunnya suku bunga atau BI rate. Sektor Perbankan
tentu saja membaik dengan dikuti oleh pertumbuhan sektor kredit konsumsi
dalam bentuk modal kerja.Tingginya permintaan (demand) masyarakat pada
tahun 2007 harus diimbangi dengan penawaran (supply). Bidang manufaktur
diharapkan mampu merespon gejala ini dengan meningkatkan produksinya.
Namun beban berat biaya produksi mengharuskan adanya pengurangan tenaga
kerja agar kondisi perusahaan bisa tetap stabil. Akibatnya, pengangguran
pada tahun 2007 masih tetap mengalami peningkatan, disinilah peran
pemerintah dalam mengendalikan sektor manufaktur sangat diperlukan oleh
para pelaku ekonomi di bidang ini. Dalam hal ini BI dapat menilai
momentum ekonomi untuk menurunkan atau menaikkan suku bunga, selain itu
yang paling penting juga pemerintah bisa mengajak sektor investasi untuk
menambah geliat ekonomi dalam negeri.
Namun yang perlu menjadi perhatian,
pengendalian suku bunga atau BI rate harus mendorong sektor perbankan
menurunkan suku bunga kredit konsumsi masyarakat, karena dengan begitu
sektor riil akan bergerak perlahan. Kemajuan sektor riil ini akan
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam kerangka
makro ekonomi memang tidak ada batasan untuk menilai apakah kemajuan itu
disebabkan oleh sektor riil atau sektor moneter, karena yang terpenting
pertumbuhan ekonomi meningkat, asumsi ini masih mengundang perdebatan.
Karena ada kecenderungan merugikan salah satu pihak. Sebaiknya ada
keseimbangan dalam melihat kemajuan ekonomi, karena pelaku ekonomi tidak
hanya kelas usaha besar atau sektoral tetapi ada juga usaha kecil dan
menengah (UKM). Untuk mendorong keseimbangan itu perlu digerakkan sektor
riil agar pertumbuhan ekonomi bisa dirasakan semua masyarakat.Peran
pemerintah dan perbankan dalam mengelola dan menyalurkan kredit kepada
UKM di tahun 2007 cukup tinggi, hal ini didukung oleh kinerja UKM yang
baik dan resiko penyaluran kredit tidak tinggi. Pemerintah juga melalui
Menteri UKM telah membuat kebijakan untuk memberdayakan pelaku ekonomi
UKM dengan membuat paket kredit berkala, peluang ini harus diambil oleh
pihak yang bergerak disektor riil.
BAB III
PENUTUP
Seperti kita tahu, negara kita masih
banyak memiliki keterbatasan dalam hal keuangan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Dengan terbatasnya kemampuan keuangan negara untuk
mendorong perekonomian, kebijakan ekonomi makro diarahkan untuk
mendorong peranan masyarakat dalam pembangunan dengan menghilangkan
berbagai kendala yang menghambat. Di samping itu langkah-langkah
kebijakan lebih serius akan ditempuh untuk meningkatkan pemerataan dan
sekaligus mendorong potensi pembangunan yang belum termanfaatkan selama
ini antara lain di sektor pertanian, industri, dan di wilayah perdesaan
serta efektivitas dari kebijakan fiskal akan ditingkatkan dengan
mempertajam prioritas pembangunan ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan
yang memberi dampak besar bagi masyarakat luas.
Dalam kaitan itu, pertumbuhan ekonomi
didorong terutama dengan meningkatkan investasi dan ekspor non-migas.
Peningkatan investasi dan daya saing ekspor dilakukan dengan mengurangi
biaya tinggi yaitu dengan menyederhanakan prosedur perijinan, mengurangi
tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah serta antar sektor,
meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha, menyehatkan iklim
ketenagakerjaan, meningkatkan penyediaan infrastruktur, menyederhanakan
prosedur perpajakan dan kepabea-an, serta meningkatkan fungsi
intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit kepada sektor usaha.
Peranan masyarakat dalam penyediaan infrastruktur akan makin
ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, kualitas pertumbuhan
ekonomi ditingkatkan dengan mendorong pemerataan pembangunan antara lain
dengan mendorong pembangunan pertanian dan meningkatkan kegiatan
ekonomi perdesaan. Kualitas pertumbuhan juga didorong dengan memperbaiki
iklim ketenagakerjaan yang mampu meningkatkan penciptaan lapangan kerja
dengan mengendalikan kenaikan Upah Minimum Provinsi agar tidak terlalu
tinggi dibandingkan dengan laju inflasi, memastikan biaya-biaya non-UMP
mengarah pada peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta membangun
hubungan industrial yang harmonis antara perusahaan dan tenaga kerja.
Kualitas pertumbuhan juga didorong dengan meningkatkan akses usaha
kecil, menengah, dan koperasi terhadap sumber daya pembangunan.
Upaya untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin akan didorong oleh berbagai kebijakan lintas sektor mengarah pada
penciptaan kesempatan usaha bagi masyarakat miskin, pemberdayaan
masyarakat miskin, peningkatan kemampuan masyarakat miskin, serta
pemberian perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Stabilitas ekonomi
dijaga melalui pelaksanaan kebijakan moneter yang berhati-hati serta
pelaksanaan kebijakan fiskal yang mengarah pada kesinambungan fiskal
dengan tetap memberi ruang gerak bagi peningkatan kegiatan ekonomi.
Stabilitas ekonomi juga akan didukung
dengan ketahanan sektor keuangan melalui penguatan dan pengaturan jasa
keuangan, perlindungan dana masyarakat, serta peningkatan koordinasi
berbagai otoritas keuangan melalui jaring pengaman sistem keuangan
secara bertahap. Dengan demikian, perlu dicatat sekurang-kurangnya
terdapat delapan langkah atau syarat yang dibutuhkan untuk mencapai
target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 ini.
- Pngeluaran pemerintah yang tepat waktu dan tepat sasaran.
- Implementasi pembangunan infrastruktur bidang energi dan transportasi serta restrukturisasi mesin-mesin tesktil.
- Peningkatan ekspor nonmigas.
- Tidak naiknya harga-harga komoditas yang diatur pemerintah.
- Kelancaran distribusi terutama barang-barang kebutuhan pokok.
- Peningkatan investasi dan kapasitas produksi sektor riil.
Keenam langkah ini merupakan wewenang
dan tanggung jawab pemerintah selaku otoritas fiskal dan sektor riil.
Adapun dua agenda lainnya ialah menjaga kestabilan makroekonomi terutama
inflasi dan mendorong fungsi intermediasi perbankan. Kedua agenda ini
merupakan tanggung jawab BI sebagai otoritas moneter dan perbankan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- BI: Perekonomian Tahun 2007 Bertambah Baik dengan 8 Syarat. KOMPAS. Jakarta. 2007
- Proyeksi Bank Dunia “pertumbuhan ekonomi Indonesia 2007 sebesar 6,3 persen dan 6,5 persen pada 2008”. ANTARA News. Jakarta, 11 april 2007
- www. investorindonesia. com, 12/11/2007, 17:08:06 WIB 4). BPS Provinsi Kalimantan Tengah
- “Pemerintah Janji Entaskan 1,5 juta Pengangguran”. CyberNews. Yogyakarta
- www. Metrotvnews.com
- Seputar-Indonesia,16 Juli 2007. INFLASI INVESTASI SUKU BUNGA KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2007
No comments:
Post a Comment