Berikut adalah DAUR KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN untuk memenuhi tugas sekolah ataupun kuliah dengan DAUR KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN silahkan bebas untuk sobat download jangan lupa untuk di edit dan di baca untuk mengerti dan memahami isi dari DAUR KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN terimakasih telah berkunjung semoga bermanfaat
DAUR KEHIDUPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sistem Pernafasan
Jenjang Pendidikan S1 Keperawatan
OLEH :
Moch Dika Priskia U
NIM : 100501088
SEKOLAH ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Assalamu�alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat,hidayah,inayah serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul �Daur Kehidupan Pertumbuhan Dan Perkembangan Sistem Muskuloskeletal�
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW.yang telah memberikan seri tauladan yang baik kepada kita.
Sehubungan diadakannya proses belajar mengajar maka kami dituntut untuk membuat laporan yang berupa makalah sebagai persyaratan belajar mengajar
Dan tak lupa kami ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada yang terhormat:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing mata kulia Sistem Muskuloskeletal
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada kami.
Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan serta dukungan kepada kami Amein�
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulis ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Perkembangan Sistem Musculoskeletal......................................................... 3
2.2 Fungsi Utama Rangka Tubuh Manusia ........................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Pada Masa Embrio................................................................ 6
3.2 Embriologi tulang.......................................................................................... 7
3.2.1 Embriologi Extermitas Bawah............................................................... 8
3.2.2 Pertumbuhan Menanjang Tulang............................................................ 9
3.3 pertumbuhan Tulang Pada Bayi ................................................................... 9
3.4 Perkembangan Remaja atau Dewasa ............................................................ 11
3.5 Lansia ........................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 simpulan........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan sebagai perpindahan tempat saja akan tetapi gerakan dari bagian-bagian tubuh disebut juga sebagai suatu gerakan. Contohnya, pada saat kita menulis, kita tidak berpindah tempat hanyatangan kita saja yang bergerak. Pada saat kita menulus, kita dikatakan juga sedang bergerak.
Manusia bergerak berpindah tempat atau hanya menggerakkan bagian tubuhnya saja sesuai dengan keinginananya. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama anatar tulang dan otot. Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sednagkan otot mempunyai kemmapuan untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tulang, oleh karena itu otot disebut sebagai alat gerak pasif.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang �tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Embriologi tulang merupakan pembentukan, pertumbuhan dan maturasi tulang merupakan pengertian dasar bedah ortopedi. Pembentukan dan perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta melibatkan perubahan kimia.
Tulang rawan ( kartilago ) lempeng epifisis tidak samadengan tulang rawan hialin dan tulang rawan artikuler oleh karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh darah, zona-zona dan susunan biokomia sehingga memberikan gambaran matriks yang unik.
Dalam makalah ini dibahas tentang daur kehidupan pertumbuhan dan perkembangan system muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan embriologi tulang,bayi atau anak, remaja atau dewasa dan Lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apa Perkembangan sistem musculoskeletal ?
Bagaimana Pembentukan Sistem Muskuloskeletal Ketika Bayi, Remaja atau Dewasa Dan Lansia?
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
Agar mampu memahami tentang definisi system muskuloskeletal.
Untuk mengetahui daur pembentukan sistem muskuluskeletal.
1.4 Manfaat penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari tulang pada system muskuluskeletal.
2. Dapat memahami pertumbuhan dan perkembangan system muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan mulai embrio sampai lansia
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Perkembangan System Muskuloskeletal
Tulang pada tubuh manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak, vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Menurut bentuk dan fungsinya, tulang terdiri atas tulang pendek, tulang panjang, tulang datar, dan tulang irregular (tidak beraturan). Contoh tulang pendek adalah ossa carpalia dan ossa tarsalia.
Tulang datar berperan melindungi organ-organ dalam dan jaringan lunak yg terletak didalamnya. serta memberikan area yang luas untuk perlekatan otot dan ligamen, contoh scapula, sternum, costa, patella, dan beberapa tulang tengkorak. Tulang irregular dapat berfungsi khusus pada tubuh manusia, seperti vertebra yang memiliki arcus untuk melindungi spinal cord dan memiliki processus untuk perlekatan otot dan ligamen. Tulang panjang membentuk kerangka dari appendicular skeleton ujung tulangnya terdapat kartilago sendi yang self-lubrikasi untuk melindungi ujung tulang dari pengausan. Tulang panjang juga memiliki rongga yang dikenal dgn cavitas atau canal medullaris.
Pertumbuhan dan perkembangan dari tulang berawal dari janin atau embrio, dan secara kontinyu terjadi perubahan komposisi dan struk-tur selama masa kehidupan. Pertumbuhan tulang terdiri atas pertumbuhan longitu-inal (tumbuh secara longitudinal) dan pertumbuhan circumferential (tumbuh secara circumferential):
1. Pertumbuhan Longitudinal
Pertumbuhan longitudinal tulang terjadi pada epiphysis (dataran epiphyseal) epiphysis adalah diskus cartilaginous yang ditemukan dekat ujung tulang panjang. Epiphysis merupakan pusat pertumbuhan tulang yang menghasilkan jaringan tulang baru sebagai bagian dari proses pertumbuhan normal sampai tertutup atau berhenti pada usia remaja atau dewasa muda. Secara kontinyu, setiap epiphysis menghasilkan sel2 tulang baru. Memasuki usia remaja dataran epiphyseal menghilang dan terjadi penyatuan tulang akhir dari pertumbuhan longitudinal sebagian besar merapat pada usia sekitar 18 tahun, meskipun beberapa epiphysis masih ada sampai usia sekitar 25 tahun.
2. Pertumbuhan Circumferential
Pertumbuhan circumferential terjadi pada diameter tulang. Lapisan bagian dalam dari periosteum membentuk ja-ringan tulang baru yang konsentrik (kearah pusat) pada puncak salah satu tulang periosteum adalah membran berlapis ganda yang menutupi tulang; lapisan pa-ling luar tempat melekatnya tendon otot dan lapisan dalam adalah tempat aktivitas osteoblast. Osteoblast dan osteoclast bekerja secara simultan untuk menghasilkan perubahan ukuran dan bentuk tulang.
3. Perkembangan Tulang Dewasa
Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan me-ningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki2. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki2 tetapi laki2 mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita.
2.2 Rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai berikut:
1. Memberi bentuk tubuh. Rangka menyediakan kerangka bagi tubuh sehingga menyokong dan menjaga bentuk tubuh.
2. Tempat melekatnya otot. Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh manusia menjadi tempat melekatnya otot. Tulang dan otot ini bersama-sama memungkinkan terjadinya pergerakan pada manusia.
3. Pergerakan. Pergerakan pada hewan bertulang belakang (vertebrae) bergantung kepada otot rangka, yang melekat pada rangka tulang.
4. Sistem kekebalan tubuh. Sumsum tulang menghasilkan beberapa sel-sel imunitas. Contohnya adalah limfosit B yang membentuk antibodi.
5. Perlindungan. Rangka tubuh melindungi beberapa organ vital yakni:
� Tulang tengkorak melindungi otak, mata, telinga bagian tengah dan dalam.
� Tulang belakang melindungi sumsum tulang belakang.
� Tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang dada melindungi paru-paru dan jantung.
� Tulang belikat dan tulang selangka melindungi bahu.
� Tulang usus dan tulang belakang melindungi sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan pinggul.
� Tulang tempurung lutut dan tulang hasta melindungi lutut dan siku.
� Tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki melindungi pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
6. Produksi sel darah. Rangka tubuh adalah tempat terjadinya haematopoiesis, yaitu tempat pembentukan sel darah. Sumsum tulang merupakan tempat pembentukan sel darah. Terutama di tulang pipih contoh : tulang dada / pada corpus sterni
7. Penyimpanan. Matriks tulang dapat menyimpan kalsium dan terlibat dalam metabolisme kalsium. Sumsum tulang mampu menyimpan zat besi dalam bentuk ferritin dan terlibat dalam metabolisme zat besi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Pada Masa Embrio
1 Bulan pertama
Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
2 Bulan kedua
Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
3 Bulan ketiga
Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
4 Bulan keempat
Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
5 Bulan kelima
Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
6 Bulan keenam
Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
7 Bulan ketujuh
Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
8 Bulan kedelapan
Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 � 3000 gram.
9 Bulan kesembilan
Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
3.2 Embriologi Tulang
Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu :
1. Pada minggu kelima perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago, yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu :
� Tulang rawan hialin
� Tulang rawan fibrin
� Tulang rawan elastic
2. Setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalu dua cara, yaitu :
� Secara langsung
Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran-lembaran, misalnya pada tulang muka, pelvis, scapula dan tulang tengkorak.pada penulangan jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih pusat-pusat penulangan membrane. Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteiblas yang merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radier.
� Secara tidak langsung
Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan dimana proses penulangan dari tulang rawan terjadi melalui dua cara, yaitu :
o Osifikasi sentral
Pada keadaan ini osiofikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi endokondral
o Osifikasi perifer
Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium/perikondrial atau osifikasi periosteum/periosteal, mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentuk periosteum dimana osteoblast terbentuk didalamnya.
3.2.1 Perkembangan Embriologi Extremitas Bawah
Manifestasi pertama extremitas bawah sebagai paddle-shape bud pada dinding ventrolateral tubuh selama minggu 4-5 gestasi. Limb bud ini akan berkembang bentuknya dengan adanya migrasi dan proliferasi dari jaringan mesenkim yang berdifrensiasi. Dengan berakhirnya minggu ke 6, limb bud terus berkembang membentuk lempengan terminal (plate) dari tangan dan kaki (termasuk membentuk pola digiti) serta membentuk eksternal awal dari tungkai.
Tepatnya minggu ke 7, axis longitudinal dari upper dan lower limb buds adalah parallel. Komponen pre-axial menghadap ke dorsal dan post-axial menghadap ke ventral. Pada periode ini posisi limb bud dibanding trunk tidak mengalami perubahan yang berhubungan dengan aktivitas otot namun dipastikan akan mengalami torsion pada tulang-tulangnya.
Jari-jari dibentuk penuh pada minggu ke 8 embrio, permukaan plantar yang berlawanan disebut posisi praying feet, segera setelah itu lower limb berputar ke medial membawa ibu jari ke midline dari posisi post-axial pada awalnya.
Selanjutnya secara mekanik intrauterine, terbentuklah ekstremitas bawah fetus, kemudian femur atau upper limb bud berotasi ke eksternal dan tibia atau lower limb bud berotasi ke internal. Postur kaki terus tumbuh dan dipastikan femur berotasi ke lateral dan tibia ke medial.
Dalam studi computer tomografi (CT) tibial torsion selama masa pertumbuhan fetus, telah ditemukan bahwa ada peningkatan eksternal tibial torsion pada stadium awal dari kehidupan fetus namun kemudian secara bertahap menurun pada saat bayi lahir, tibial akan torsion ke arah internal. Setelah lahir tibia berotasi ke arah eksternal dan rata-rata version tibia pada tulang matur adalah 15�.
3.2.2 Pertumbuhan Memanjang Tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang, oleh karena itu pertumbuhan interstisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu :
1. Tulang Rawan Artikuler
Pertumbuhan tulang panjang terjadi didaerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada sekuruh daerah tulang.
2. Tulang Rawan Lempeng Epifisis
Tulang rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan difisis untuk bertumbuh dan memanjang.
Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu :
a. Proses Pertumbuhan
Adanya pertumbuhan interstisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang.
b. Proses klarifikasi
Kematian dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi endikondral.
3.3 PERTUMBUHAN TULANG PADA BAYI
Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun memungkinkan tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang disebut molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah tekanan di dalam normal.
� Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30� sampai 40�. Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
� Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi semakin terlihat.
� Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30� sampai 40� pada saat lahir kemudian menjadi 10� sampai 15� pada adolesen awal dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
3.4 Perkembangan Remaja atau Dewasa
Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon, yaitu :
� calcitonin.
� parathyroid.
� vitamin C.
� hormon testosteron (pada lelaki).
� hormon estrogen (pada perempuan)
Pubertas memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang. tulang memanjang dan mengalami peningkatan kepadatan. Pada akhir masa pubertas, kemampuan tulang untuk memanjang berakhir. Ketika ini terjadi, remaja telah mencapai tinggi maksimal dan massa tulang mencapai puncaknya. pubertas dini dikaitkan dengan massa tulang yang lebih besar sementara pubertas terlambat mengakibatkan massa tulang kurang. Remaja dengan perawakan pendek kadang-kadang menjalani intervensi medis untuk menunda pubertas dalam upaya untuk mencapai tinggi badan yang lebih. Penelitian ini menunjukkan bahwa memperpanjang masa pertumbuhan dengan menunda pubertas mungkin memiliki konsekuensi tak terduga di kemudian hari.
Tubuh memiliki sekitar 300 tulang saat baru dilahirkan, tapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan maka tulang yang terbentuk saat dewasa hanya sekitar 206 tulang saja. Saat bayi tulang terbuat dari tulang rawan (cartiage) yang lembut serta fleksibel, tulang ini akan tumbuh dan lambat laun akan digantikan oleh tulang yang keras dengan bantuan kalsium. Pada usia 20-an tahun, proses ini sudah lengkap dan tidak ada lagi pertumbuhan. Tulang-tulang tersebut sudah besar dengan kerangka yang sangat kuat dan ringan.
Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tu-lang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita.
3.5 Lansia
Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah. Penyakit osteoporosis akan mengintai orang yang berusia lanjut dan pada wanita yang telah memasuki masa menopause.
Pembentukan hormon tiroid yang terlalu banyak dapat menyebabkan rapuhnya tulang. Pada wanita, kerapuhan tulang meningkat secara drastis pada masa menopause karena kadar estrogen yang menurun. Amenorrhea (masa tidak menstruasi sebelum masa menopause) dalam jangka panjang, juga meningkatkan risiko osteoporosis. Pada pria, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan hilangnya kepadatan tulang.
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan rongga sendi dilapisi tulangrawanhialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewatikapsul.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di dalam daerah tersebut banyak mengandung aliran darah, dan disamping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Tulang pada tubuh manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak, vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis.
Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon. Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah.
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Sistem Pernafasan
Jenjang Pendidikan S1 Keperawatan
OLEH :
Moch Dika Priskia U
NIM : 100501088
SEKOLAH ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Assalamu�alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat,hidayah,inayah serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul �Daur Kehidupan Pertumbuhan Dan Perkembangan Sistem Muskuloskeletal�
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW.yang telah memberikan seri tauladan yang baik kepada kita.
Sehubungan diadakannya proses belajar mengajar maka kami dituntut untuk membuat laporan yang berupa makalah sebagai persyaratan belajar mengajar
Dan tak lupa kami ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada yang terhormat:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing mata kulia Sistem Muskuloskeletal
2. Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada kami.
Harapan kami dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memberikan bantuan serta dukungan kepada kami Amein�
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulis ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Perkembangan Sistem Musculoskeletal......................................................... 3
2.2 Fungsi Utama Rangka Tubuh Manusia ........................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Pada Masa Embrio................................................................ 6
3.2 Embriologi tulang.......................................................................................... 7
3.2.1 Embriologi Extermitas Bawah............................................................... 8
3.2.2 Pertumbuhan Menanjang Tulang............................................................ 9
3.3 pertumbuhan Tulang Pada Bayi ................................................................... 9
3.4 Perkembangan Remaja atau Dewasa ............................................................ 11
3.5 Lansia ........................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 simpulan........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan sebagai perpindahan tempat saja akan tetapi gerakan dari bagian-bagian tubuh disebut juga sebagai suatu gerakan. Contohnya, pada saat kita menulis, kita tidak berpindah tempat hanyatangan kita saja yang bergerak. Pada saat kita menulus, kita dikatakan juga sedang bergerak.
Manusia bergerak berpindah tempat atau hanya menggerakkan bagian tubuhnya saja sesuai dengan keinginananya. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya kerjasama anatar tulang dan otot. Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sednagkan otot mempunyai kemmapuan untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat menggerakkan tulang, oleh karena itu otot disebut sebagai alat gerak pasif.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang �tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).
Embriologi tulang merupakan pembentukan, pertumbuhan dan maturasi tulang merupakan pengertian dasar bedah ortopedi. Pembentukan dan perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta melibatkan perubahan kimia.
Tulang rawan ( kartilago ) lempeng epifisis tidak samadengan tulang rawan hialin dan tulang rawan artikuler oleh karena tulang rawan lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh darah, zona-zona dan susunan biokomia sehingga memberikan gambaran matriks yang unik.
Dalam makalah ini dibahas tentang daur kehidupan pertumbuhan dan perkembangan system muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan embriologi tulang,bayi atau anak, remaja atau dewasa dan Lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apa Perkembangan sistem musculoskeletal ?
Bagaimana Pembentukan Sistem Muskuloskeletal Ketika Bayi, Remaja atau Dewasa Dan Lansia?
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
Agar mampu memahami tentang definisi system muskuloskeletal.
Untuk mengetahui daur pembentukan sistem muskuluskeletal.
1.4 Manfaat penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari tulang pada system muskuluskeletal.
2. Dapat memahami pertumbuhan dan perkembangan system muskuluskeletal sepanjang daur kehidupan mulai embrio sampai lansia
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Perkembangan System Muskuloskeletal
Tulang pada tubuh manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak, vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Menurut bentuk dan fungsinya, tulang terdiri atas tulang pendek, tulang panjang, tulang datar, dan tulang irregular (tidak beraturan). Contoh tulang pendek adalah ossa carpalia dan ossa tarsalia.
Tulang datar berperan melindungi organ-organ dalam dan jaringan lunak yg terletak didalamnya. serta memberikan area yang luas untuk perlekatan otot dan ligamen, contoh scapula, sternum, costa, patella, dan beberapa tulang tengkorak. Tulang irregular dapat berfungsi khusus pada tubuh manusia, seperti vertebra yang memiliki arcus untuk melindungi spinal cord dan memiliki processus untuk perlekatan otot dan ligamen. Tulang panjang membentuk kerangka dari appendicular skeleton ujung tulangnya terdapat kartilago sendi yang self-lubrikasi untuk melindungi ujung tulang dari pengausan. Tulang panjang juga memiliki rongga yang dikenal dgn cavitas atau canal medullaris.
Pertumbuhan dan perkembangan dari tulang berawal dari janin atau embrio, dan secara kontinyu terjadi perubahan komposisi dan struk-tur selama masa kehidupan. Pertumbuhan tulang terdiri atas pertumbuhan longitu-inal (tumbuh secara longitudinal) dan pertumbuhan circumferential (tumbuh secara circumferential):
1. Pertumbuhan Longitudinal
Pertumbuhan longitudinal tulang terjadi pada epiphysis (dataran epiphyseal) epiphysis adalah diskus cartilaginous yang ditemukan dekat ujung tulang panjang. Epiphysis merupakan pusat pertumbuhan tulang yang menghasilkan jaringan tulang baru sebagai bagian dari proses pertumbuhan normal sampai tertutup atau berhenti pada usia remaja atau dewasa muda. Secara kontinyu, setiap epiphysis menghasilkan sel2 tulang baru. Memasuki usia remaja dataran epiphyseal menghilang dan terjadi penyatuan tulang akhir dari pertumbuhan longitudinal sebagian besar merapat pada usia sekitar 18 tahun, meskipun beberapa epiphysis masih ada sampai usia sekitar 25 tahun.
2. Pertumbuhan Circumferential
Pertumbuhan circumferential terjadi pada diameter tulang. Lapisan bagian dalam dari periosteum membentuk ja-ringan tulang baru yang konsentrik (kearah pusat) pada puncak salah satu tulang periosteum adalah membran berlapis ganda yang menutupi tulang; lapisan pa-ling luar tempat melekatnya tendon otot dan lapisan dalam adalah tempat aktivitas osteoblast. Osteoblast dan osteoclast bekerja secara simultan untuk menghasilkan perubahan ukuran dan bentuk tulang.
3. Perkembangan Tulang Dewasa
Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan me-ningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki2. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki2 tetapi laki2 mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita.
2.2 Rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai berikut:
1. Memberi bentuk tubuh. Rangka menyediakan kerangka bagi tubuh sehingga menyokong dan menjaga bentuk tubuh.
2. Tempat melekatnya otot. Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh manusia menjadi tempat melekatnya otot. Tulang dan otot ini bersama-sama memungkinkan terjadinya pergerakan pada manusia.
3. Pergerakan. Pergerakan pada hewan bertulang belakang (vertebrae) bergantung kepada otot rangka, yang melekat pada rangka tulang.
4. Sistem kekebalan tubuh. Sumsum tulang menghasilkan beberapa sel-sel imunitas. Contohnya adalah limfosit B yang membentuk antibodi.
5. Perlindungan. Rangka tubuh melindungi beberapa organ vital yakni:
� Tulang tengkorak melindungi otak, mata, telinga bagian tengah dan dalam.
� Tulang belakang melindungi sumsum tulang belakang.
� Tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang dada melindungi paru-paru dan jantung.
� Tulang belikat dan tulang selangka melindungi bahu.
� Tulang usus dan tulang belakang melindungi sistem ekskresi, sistem pencernaan, dan pinggul.
� Tulang tempurung lutut dan tulang hasta melindungi lutut dan siku.
� Tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki melindungi pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
6. Produksi sel darah. Rangka tubuh adalah tempat terjadinya haematopoiesis, yaitu tempat pembentukan sel darah. Sumsum tulang merupakan tempat pembentukan sel darah. Terutama di tulang pipih contoh : tulang dada / pada corpus sterni
7. Penyimpanan. Matriks tulang dapat menyimpan kalsium dan terlibat dalam metabolisme kalsium. Sumsum tulang mampu menyimpan zat besi dalam bentuk ferritin dan terlibat dalam metabolisme zat besi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Pada Masa Embrio
1 Bulan pertama
Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
2 Bulan kedua
Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
3 Bulan ketiga
Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
4 Bulan keempat
Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
5 Bulan kelima
Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
6 Bulan keenam
Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
7 Bulan ketujuh
Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
8 Bulan kedelapan
Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 � 3000 gram.
9 Bulan kesembilan
Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
3.2 Embriologi Tulang
Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu :
1. Pada minggu kelima perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago, yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu :
� Tulang rawan hialin
� Tulang rawan fibrin
� Tulang rawan elastic
2. Setelah minggu ketujuh perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalu dua cara, yaitu :
� Secara langsung
Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang dalam bentuk lembaran-lembaran, misalnya pada tulang muka, pelvis, scapula dan tulang tengkorak.pada penulangan jenis ini dapat ditemukan satu atau lebih pusat-pusat penulangan membrane. Proses penulangan ini ditandai dengan terbentuknya osteiblas yang merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radier.
� Secara tidak langsung
Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan dimana proses penulangan dari tulang rawan terjadi melalui dua cara, yaitu :
o Osifikasi sentral
Pada keadaan ini osiofikasi dari tulang terjadi melalui osifikasi endokondral
o Osifikasi perifer
Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium/perikondrial atau osifikasi periosteum/periosteal, mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi dalam bentuk lembaran yang membentuk periosteum dimana osteoblast terbentuk didalamnya.
3.2.1 Perkembangan Embriologi Extremitas Bawah
Manifestasi pertama extremitas bawah sebagai paddle-shape bud pada dinding ventrolateral tubuh selama minggu 4-5 gestasi. Limb bud ini akan berkembang bentuknya dengan adanya migrasi dan proliferasi dari jaringan mesenkim yang berdifrensiasi. Dengan berakhirnya minggu ke 6, limb bud terus berkembang membentuk lempengan terminal (plate) dari tangan dan kaki (termasuk membentuk pola digiti) serta membentuk eksternal awal dari tungkai.
Tepatnya minggu ke 7, axis longitudinal dari upper dan lower limb buds adalah parallel. Komponen pre-axial menghadap ke dorsal dan post-axial menghadap ke ventral. Pada periode ini posisi limb bud dibanding trunk tidak mengalami perubahan yang berhubungan dengan aktivitas otot namun dipastikan akan mengalami torsion pada tulang-tulangnya.
Jari-jari dibentuk penuh pada minggu ke 8 embrio, permukaan plantar yang berlawanan disebut posisi praying feet, segera setelah itu lower limb berputar ke medial membawa ibu jari ke midline dari posisi post-axial pada awalnya.
Selanjutnya secara mekanik intrauterine, terbentuklah ekstremitas bawah fetus, kemudian femur atau upper limb bud berotasi ke eksternal dan tibia atau lower limb bud berotasi ke internal. Postur kaki terus tumbuh dan dipastikan femur berotasi ke lateral dan tibia ke medial.
Dalam studi computer tomografi (CT) tibial torsion selama masa pertumbuhan fetus, telah ditemukan bahwa ada peningkatan eksternal tibial torsion pada stadium awal dari kehidupan fetus namun kemudian secara bertahap menurun pada saat bayi lahir, tibial akan torsion ke arah internal. Setelah lahir tibia berotasi ke arah eksternal dan rata-rata version tibia pada tulang matur adalah 15�.
3.2.2 Pertumbuhan Memanjang Tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang, oleh karena itu pertumbuhan interstisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu :
1. Tulang Rawan Artikuler
Pertumbuhan tulang panjang terjadi didaerah tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada sekuruh daerah tulang.
2. Tulang Rawan Lempeng Epifisis
Tulang rawan lempeng epifisis memberikan kemungkinan metafisis dan difisis untuk bertumbuh dan memanjang.
Pada daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu :
a. Proses Pertumbuhan
Adanya pertumbuhan interstisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang.
b. Proses klarifikasi
Kematian dan penggantian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi endikondral.
3.3 PERTUMBUHAN TULANG PADA BAYI
Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun memungkinkan tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang disebut molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung normal dan apakah tekanan di dalam normal.
� Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30� sampai 40�. Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
� Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi semakin terlihat.
� Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30� sampai 40� pada saat lahir kemudian menjadi 10� sampai 15� pada adolesen awal dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
3.4 Perkembangan Remaja atau Dewasa
Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon, yaitu :
� calcitonin.
� parathyroid.
� vitamin C.
� hormon testosteron (pada lelaki).
� hormon estrogen (pada perempuan)
Pubertas memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang. tulang memanjang dan mengalami peningkatan kepadatan. Pada akhir masa pubertas, kemampuan tulang untuk memanjang berakhir. Ketika ini terjadi, remaja telah mencapai tinggi maksimal dan massa tulang mencapai puncaknya. pubertas dini dikaitkan dengan massa tulang yang lebih besar sementara pubertas terlambat mengakibatkan massa tulang kurang. Remaja dengan perawakan pendek kadang-kadang menjalani intervensi medis untuk menunda pubertas dalam upaya untuk mencapai tinggi badan yang lebih. Penelitian ini menunjukkan bahwa memperpanjang masa pertumbuhan dengan menunda pubertas mungkin memiliki konsekuensi tak terduga di kemudian hari.
Tubuh memiliki sekitar 300 tulang saat baru dilahirkan, tapi seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan maka tulang yang terbentuk saat dewasa hanya sekitar 206 tulang saja. Saat bayi tulang terbuat dari tulang rawan (cartiage) yang lembut serta fleksibel, tulang ini akan tumbuh dan lambat laun akan digantikan oleh tulang yang keras dengan bantuan kalsium. Pada usia 20-an tahun, proses ini sudah lengkap dan tidak ada lagi pertumbuhan. Tulang-tulang tersebut sudah besar dengan kerangka yang sangat kuat dan ringan.
Pada masa anak-anak sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sam-pai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki-laki) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tu-lang & kekuatan tulang yg progresif (laki-laki & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an. Penurunan kepadatan tulang akan disertai dengan meningkatnya porositas tulang. Wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil & area tulang kortikal yang lebih kecil daripada laki-laki. Perubahan kekuatan tulang juga terjadi pada laki-laki tetapi laki-laki mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan dibandingkan wanita.
3.5 Lansia
Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah. Penyakit osteoporosis akan mengintai orang yang berusia lanjut dan pada wanita yang telah memasuki masa menopause.
Pembentukan hormon tiroid yang terlalu banyak dapat menyebabkan rapuhnya tulang. Pada wanita, kerapuhan tulang meningkat secara drastis pada masa menopause karena kadar estrogen yang menurun. Amenorrhea (masa tidak menstruasi sebelum masa menopause) dalam jangka panjang, juga meningkatkan risiko osteoporosis. Pada pria, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan hilangnya kepadatan tulang.
Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan rongga sendi dilapisi tulangrawanhialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewatikapsul.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.
Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian akan bergerak kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di dalam daerah tersebut banyak mengandung aliran darah, dan disamping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.
Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri lutut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Tulang pada tubuh manusia berjumlah sekitar 206 tulang. Sistem skeletal terdiri dari axial skeleton dan appendicular/perifer skeleton. Axial skeleton adalah tulang2 yang membentuk axis tubuh yaitu tengkorak, vertebra, sternum, dan costa. Appendicular skeleton adalah tulang2 yang membentuk tambahan/pelengkap tubuh, yaitu tulang2 pada extremitas superior dan inferior. Pada masa anak2 sampai usia remaja, secara normal mineral tulang akan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada usia 25 � 28 tahun (wanita) dan usia sekitar 30 � 35 tahun (laki2) menurut beberapa ahli puncak kepadatan tulang bervariasi. Menurut beberapa peneliti, kemunduran kepadatan tulang & kekuatan tulang yg progresif (laki2 & wanita) mulai terjadi pada awal usia 20-an.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio ( pada minggu ke-3 dan ke-4 ) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu kelima perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak ( limb bud )yang didalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan. Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis.
Selama manusia hidup, tulang akan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Proses yang terjadi pada tulang yaitu formation dan resorption. Selama resorption, sel tulang lama akan mengalami kerusakan dan digantikan oleh sel-sel khusus yang disebut osteoclasts. Pada proses bone formation, jaringan tulang baru akan menggantikan sel-sel tulang lama. Sel yang melakukan proses ini adalah osteoblasts. Osteoblas dan osteoclasts selama melakukan proses perbaikan pada tulang membutuhkan berbagai banyak vitanan dan hormon. Osteoporosis adalah sebuah penyakit yang dapat menyebabkan tingkatan kepadatan pada tulang menurun. Osteoporosis akan terus menggerogoti kekuatan yang ada pada tulang trabecular yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan tulang secara drastis, dan juga tulang cortical menipis dan secara keseluruhan tulang akan mudah patah.
No comments:
Post a Comment