ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA SETIAP KALA
ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA SETIAP KALA
5.1. PENDAHULUAN
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalm asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yng kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan kberhasilan proses persalinan (Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR. 2008. hal 3)
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga proses persalinan dan kelahiran bayi. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan antara lain :
- Memanggil ibu sesuai dengan namanya, menghargai, dan memperlakukan ibu sesuai martabatnya.
- Menjelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai suhan tersebut.
- Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga.
- Menganjurkan ibu untuk membicarakan dan bertanya rasa takut atau rasa khawatirnya.
- Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
- Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota-anggota keluarganya.
- Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
- Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain mengenai cara-cara dalam memberikan perhatian dan mendukung ibu selama proses persalinan berlangsung.
- Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik.
- Hargai privasi ibu.
- Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan berlangsung.
- Anjurkan ibu untuk makan makanan ringan dan minum sepanjang ia menginginkanya.
- Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional selama tidak merugikan kesehatan ibu.
- Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan ibu.
- Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin sesaat setelah dilahirkan.
- Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah dilahirkan.
- Menyiapkan rencana rujukan bila diperlukan.
- Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik.
5.2. ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA SETIAP KALA
5.2.1 ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA KALA I
1. Perubahan Fisiologis :
� Serviks membuka,
� Keluarnya blood show,
� Uterus berkontraksi.
2. Perubahan Psikologis :
� Ibu menjadi lebih sensitive, oleh karena itu dukungan keluarga atau kerabat lainnya sangat diperlukan oleh ibu. Dukungan ini dapat berupa:
� Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati ibu,
� Hindari kata-kata yang menyakiti hati ibu,
� Menciptakan suasana kekeluargaan.
� Uterus berkontraksi.
3. Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan umum dari penggunaan partograf adalah :
� Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
� Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
� Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan ashan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan BBL.
Asuhan sayang ibu selama persalinan pada kala I adalah :
� Memberikan dukungan emosional,
� Membantu pengaturan posisi ibu,
� Memberikan cairan dan nutrisi,
� Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi sacara teratur,
� Pencegahan infeksi.
v Dukungan Emosional
Kehadiran orang terdekat merupakan hal terpenting diantara semua upaya mendukung dan memberikan rasa nyaman kepada ibu. Anjurkan kepada suami atau orang terdekat dari ibu untuk mendampingi ibu dan mereka dapat melakukan tindakan yang membantu ibu dalam mencapai rasa nyaman, dimana tentu saja tindakan ini telah mendapat persetujuan dari sang ibu. Bekerja sama dengan anggota keluarga ibu untuk :
� Mengucapkan kat-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.
� Membantu ibu untuk bernafas secara benar pada saat kontraksi.
� Memijat punggung, kaki, atau kepala ibu.
� Lakukan pengusapan pada punggung atau perut ibu.
� Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau air dingin.
� Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman.
v Mengatur Posisi
Anjurkan kepada ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan serta anjurkan anggota keluarga ibu yang mendampingi ibu untuk membantu ibu mencoba berbagai posisi yang nyaman bagi ibu, baik pada posisi berdiri, jongkok, berlutut, ataupun memberikan bantal dibawah kepala ibu. Beritahukan juga kepada ibu untuk tidak berbaring telentang selama � 10 menit. Hal ini akan menyebabkan berat uterus dan isinya menekan vena cafa inferior yang mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta sehingga menimbulkan hipoksia pada janin.
v Pemberian Cairan dan Nutrisi
Ibu yang berada pada situasi yang memungkinkan makan sesuka hati sering kali makan pada awal persalinan (pada fase laten), sementara selama fase aktif persalinan, umumnya mereka hanya menginginkan cairan. Makanan akan tetap berada di lambung selama persalinan karena motilitas lambung, absorbsi lambung, dan sekresi asam lambung akan menurun selama persalinan. Sedangkan cairan tidak berpengaruh dan akan meninggalkan lambung dalam durasi waktu biasanya. Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.
v Pengosongan Kandung Kemih
Kandung kemih wanita harus dikosongkan dan dievaluasi untuk melihat adanya distensi paling sedikit setiap 2 jam selama fase aktif kala I persalinan. Seiring penurunan bagian presentasi janin kedalam pelvis minor, kandung kemih mengalami penekanan sehingga terjadi distensi walaupun jumlah urine di dalam kandung kemih baru sekitar 100 ml. Apabila kandung kemih tidak diperhatikan dan dikosongkan maka akan mengakibatkan persalinan terhambat, ketidaknyamanan, kesulitan pelaksanaan distosia bahu, kesulitan penatalaksanaan perdarahan pascapartum, hipotonisitas kandung kemih, stasis urine, dan infeksi selama periode pasca melahirkan.
Pada saat terjadi distorsi abdomen dapat dilakukan tindakan untuk memfasilitasi wanita untuk berkemih, antara lain berjalan ke kamar mandi bagi wanita tanpa kontraindikasi untuk berjalan, memperdengarkan suara air mengalir atau mengalirkan air hangat pada periniumnya bagi wanita yang tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya, tetapi apabila tindakan ini tidak juga membuat ibu berkemih maka harus dipertimbangkan tindakan pemasangan kateter. Anjurkan juga ibu untuk buang air jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif, lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi pada rectum. Bila memang bukan gejala kala II persalinan maka perbolehkan ibu untuk buang air besar.
v Mencegah Keletihan dan Mengupayakan Istirahat
Mencegah keletihan dan mengupayakan istirahat di antara kontraksi merupakan upaya mendukung dan meningkatkan kenyamanan.
v Menjamin Privasi Klien
Privasi bukan hanya mengacu pada penghargaan terhadap wanita sebagai seorang pribadi, tetapi menghormati tubuhnya, yang merupakan haknya sebagai individu. Ibu tentunya merasa nyaman dengan tubuhnya yang diselimuti khususnya di bagian genetalianya agar tidak terpanjan dan merasa bahwa privasinya terjaga.
v Penjelasan Proses dan Kemajuan Persalinan
Wanita yang melakukan persiapan dalam menghadapi persalinan memiliki pengetahuan tentang persalinan. Mereka biasanya memerlukan informasi tentang kemajuan persalinan mereka. Sementara, wanita yang tidak melakukan persiapan dalam menghadapi persalinan biasanya ingin mengetahui apa yang terjadi dalam tubuhnya. Jika seorang petugas kesehatan menangani wanita yang tidak mempunyai persiapan, selama fase laten persalinan petugas dapat memanfaatkan masa ini untuk menjelaskan secara singkat proses persalinan dan apa yang akan dialami selama persalinan.
v Menjaga Kebersihan dan Kondisi Kering
Kebersihan dan kondisi kering akan meningkatkan kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan risiko infeksi. Kombinasi blood show, keringat, cairan amnion, dapat membuat ibu menjadi tidak nyaman dan terlihat kotor. Oleh karenanya kebersihan ruangan haruslah selalu dijaga. Perawatan perineum dan mempertahankannya agar tetap kering akan menambah perasaan nyaman pada wanita. Hal ini dapat dilakukan dengan mengganti pakaian yang basah akibat keringat, mengganti perlak jika sudah basah, atau menyeka keringat pada wajah ibu dengan kain atau handuk basah.
v Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan infeksi sacara baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap risiko terinfeksi.
5.2.2 ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA KALA II
Kontinuitas evaluasi kesejahteraan ibu selama kala II antara lain :
1. Tanda-tanda vital
v Tekanan darah
v Suhu
v Denyut nadi
v Pernafasan
2. Kandung kemih
3. Urine
4. Hidrasi (cairan, mual atau muntah, keringat)
5. Kondisi umum :
v Keletihan dan penurunan kondisi fisik
v Perilaku dan respons terhadap persalinan
6. Upaya mendorong ibu
7. Kebutuhan anesthesia
8. Integritas perineum
Tanda Vital
Secara umum standar pemeriksaan tanda vital selama kala II adalah bahwa tekanan darah harus diperiksa setiap 15 menit, sedangkan suhu, nadi, dan pernafasan harus diperiksa setip jam. Tekanan darah di antara kontraksi normalnya meningkat dengan rata-rata 10 mmHg jika wanita telah melakukan upaya mendorong. Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing-msing merupakan indikasi gangguan hiprtensi pada kehamilan atau syok. Peningkatan suhu menunjukan infeksi atau dehidrasi, peningkatan denyut nadi dapat menunjukan infeksi, syok, dehidrasi, peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukan syok atau ansietas.
Kebutuhan Akan Anesthesia
Anesthesia yang dilakukan petugas kesehatan kepada ibu bersalin adalah guna memberikan anesthesia ketika diperlukan untuk pelahiran per vaginam spontan yang normal, memotong episiotomi, atau setelah kelahiran, untuk memperbaiki episiotomi atau laserasi.
Kebutuhan dan Jenis Episiotomi
Perineum harus mulai dievaluasi sebelum waktu pelahiran untuk mengetahui panjangnya, ketebalan, dan distensibilitasnya. Evaluasi ini membantu menentukan apakah episiotomi diindikasikan dan, jika ya, jenis episiotomi apa yang diperlukan. Terdapat beberapa pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai perlu tidaknya melakukan episiotomi, yakni :
� Keyakinan petugas kesehatan mengenai apakah lebih baik melakukan episiotomi atau membiarkan perineum wanita robek jika pelahiran dengan perineum utuh tidak memungkinkan.
� Kebutuhan terhadap ruang untuk melakukan intervensi dan manipulasi yang diperlukan.
� Ukuran bayi
� Pengendalian diri wanita.
Mengosongkan kandung kemih.
Membersihkan Perineum Ibu
Praktik pencegahan infeksi pada kala II diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang.
Membimbing Ibu untuk Meneran
Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu hanya mengeran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mendapatkan posisi yang nyaman. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar, dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Jika pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman. Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap kontraksi.
Posisi Meneran yang Baik Bagi Ibu
1. Posisi Litotomi
Keuntungan : dokter maupun bidan dapat dengan leluasa membantu dan memantau perkembangan pembukaan dalam proses persalinan.
2. Posisi Fowler / Semi Fowler
Keuntungan : memudahkan melahirkan kepala bayi.
3. Posisi Jongkok atau Berdiri
Keuntungan : membantu mempercepat kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.
4. Posisi Merangkak atau Berbaring Miring ke Kiri
Keuntungan : memperlancar persalinan, jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput-anterior. Merangkak bias mengurangi rasa nyeri punggung sedangkan miring ke kiri bisa mencegah laserasi perineum.
Anjurkan ibu untuk selalu didampingi oleh suami maupun anggota keluarga terdekat selama proses persalinan berlangsung.
Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan kepada ibu.
Hidrasi dan kondisi umum ibu
Ibu yang mengalami kehilangan cairan melalui keringat pada saat proses persalian dapat diberi minum untuk menghindari gejala dehidrasi pada ibu. Selain itu pada sebagian primipara sering kehilangan tenaganya sehingga tidak bisa mendorong kepala bayi. Oleh karena itu kita pastikan bahwa bayinya akan bisa lahir dengan melihat sendiri penonjolan pada rectum dan perineum, serta warna rambut bayinya dan menyentuh kepala bayi. Letakkan cermin agar ibu tahu bahwa upaya mendorongnya sangat bermanfaat.
a. Pemantauan Kepada Ibu Selama Kala II Persalinan
v Kontraksi
Kontraksi selama kala II terjadi secara sering, kuat, dan sedikit labih lama yaitu, sekitar setiap 2 menit berlangsung selama 60-90 detik. Intensitas kuat dan menjadi ekspulsif secara alamiah.
v Tanda-tanda Kala II Persalinan
o Ibu merasakan ingin meneran, bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
o Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina.
o Perineum menonjol.
o Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
o Vagina dan sfingter ani membuka.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
o Pembukaan serviks telah lengkap.
o Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
v Kemajuan Persalinan
Pada proses persalinan alamiah sering kali terdapat periode tenang atau diam, diantara kala I dan II. Kontraksi kuat pada saat transisi sudah berlalu dan serviks berdilatasi penuh. Tubuh wanita tampak �beristirahat� sebelum memulai usaha ekspulsi. Kontraksi jarang dan tidak begitu intens. Secara bertahap terjadi gerakan bersamaan dengan turunnya kepala janin melalui pelvis, kontraksi menjadi lebih kuat dan wanita mulai mengejan secara sadar sambil melakukan dorongan singkat yang bersuara saat ekspirasi.
b. Pemantauan Kepada Bayi Selama Kala II Persalinan
v Sebelum Persalinan
� Jantung Janin
Frekuensi dan irama jantung merupakan indicator utama untuk kondisi janin. Pengamatannya dilakukan :
a) Setiap jam sekali pada awal persalinan,
b) Setiap setengah jam sekali ketika proses persalinan berlanjut,
c) Setiap seperempat jam sekali pada akhir kala I.
Frekuensi jantung janin harus berkisar antara 120-160 kali per menit, dan iramanya harus teratur. Jika timbul variasi, suara jantung dapat didengar secara elektronik dengan menggunakan kardiotokograf. Kardiotokograf dapat merekam jantung janin maupun tekanan kontraksi uterus sehingga memungkinkan kita untuk melihat respon jantung janin terhadap stress.
� Cairan Amnion
Cairan amnion atau ketuban yang jernih menunjukan bahwa janin berada dalam kondisi yang baik. Jika cairan ini dicemari oleh mekonium, gejala ini menunjukan bahwa janin tengah menghadapi stres fisik. Selama persalinan, jumlah dan gambaran cairan amnion yang dikeluarkan harus dicatat setiap kali denyut jantung janin diperiksa.
v Saat Bayi Lahir
Yang bisa dilakukan segera setelah bayi lahir adalah :
� Mengupayakan jalan nafas bersih,
� Jaga agar bayi tetap dalam keadaan hangat,
� Perlihatkan bayi kepada ibu dan orang terdekatnya atau letakkan bayi di abdomen ibu,
� Klem dan potong tali pusat,
� Tentukan skor Apgar menit pertama dan menit kelima.
5.2.3 ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA KALA III
1. Fisiologis Kala III Persalinan
- Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
- Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi placenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta akan menekuk, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepasnya placenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Kala tiga persalinan terdiri dari dua fase, yakni :
1. Fase pelepasan plasenta
2. fase pengeluaran plasenta.
Pelepasan dan pengeluaran plasenta terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah kelahiran bayi. Kontraksi terjadi � 2-2,5 menit selama kala II persalinan. Setelah kelahiran bayi, kontraksi berikutnya mungkin tidak terjadi lagi selama 3-5 menit. Kontraksi kemudian berlanjut setiap 4-5 menit sampai plasenta telah lepas dan keluar. Setelah itu uterus kosong berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus baik.
Tanda � tanda lepasnya plasenta :
� Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pir dan fundus berada di atas pusat.
� Tali pusat memanjang. Tali pusar terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
� Semburan darah mendadak dan singkat.
2. Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah.
Keuntungan manajemen aktif kala III :
� Persalinan kala III yang lebih singkat,
� Mengurangi jumlah kehilangan darah,
� Mengurangi kejadian retensio placenta.
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama :
a) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir yang bertujuan merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan placenta dan mengurangi kehilangan darah.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Massase fundus uteri.
3. Pemeriksaan Plasenta
Setelah plasenta lahir bersama selaputnya maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang cermat terhadap :
� Kotiledon yang berjumlah 20 buah,
� Permukaan plasenta janin,
� Kemungkinan terdapat placenta suksenturiata.
Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta dapat menyebabkan :
� Perdarahan puerperium yang berkepanjangan
� Bahaya infeksi
5.2.4 ASUHAN KEPADA IBU BERSALIN PADA KALA IV
Asuhan yang diberikan pada kala IV adalah :
o Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Lakukan pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit dalam 1 jam kedua. Keadaan normal uterus adalah keras tiap kali dilakukan pemijatan.
o Evaluasi tinggi fundus uteri, dengan meletakan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau di bawah pusat.
o Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. Perdarahan normal pada post partum adalah tidak lebih dari 500 cc.
o Evaluasi kondisi ibu secara umum.
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Maka dari itu diperlukan observasi tanda-tanda vital, kontraki uterus, tinggi fundus uteri, lochea, kandung kemih, dan luka pada perineum.
� Tanda-tanda vital
Suhu : setelah persalinan suhu ibu tidak boleh dari 38 �C.
Nadi : setelah persalinan denyut nadi akan naik sekitar 100 kali/menit.
Tekanan darah : setelah persalinan dalam batas normal maksimal 140/90 mmHg.
Pernafasan : setelah persalinan pernafasan bias menjadi 28 kali/menit.
� Kontraksi uterus ; uterus etelah persalinan akan menjadi keras karena kontraksi yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri yang disebut nyeri ikutan terutama pada multipara.
� Lochea ; masa puerperium diikuti oleh pengeluaran cairan, sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi yang disebut lochea yang dibagi menjadi :
1. Loche rubra (kruenta)
� 1-3 hari, berwana merah dan hitam
� Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa darah.
2. Loche sangiolenta : 3-7 hari, berwarna merah muda.
3. Lochea serosa : 7-14 hari, berwarna kekuning-kuningan.
4. Lochea alba : setelah hari ke 14, berwarna putih.
� Kandung kemih ; jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosogkan kandung kemihnya setiap kali terasa penuh.
� Luka perineum ; rawat luka perineum dengan baik agar tidak timbul infeksi.
o Lakukan pemeriksaan pada :
� Cerviks ; setelah persalinan serviks telah menutup. Pada primipra serviks hamper tidak kelihatan, dan untuk multipara kondisi serviks berbentuk lebih lebar.
� Perineum ; mengevaluasi laserasi dan pendarahan aktif pada perineum. Pastikan kondisi perineum setelah episiotomi dalam keadaan baik.
o Meletakan bayi di sebelah ibu untuk memulai pemberian ASI.
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir.
o Dukungan emosional.
No comments:
Post a Comment